REPUBLIKA.CO.ID, MANDALAY -- Muslim di Kota Mandalay mengatakan dapat kembali melaksanakan ibadah shalat subuh dengan tenang mulai Jumat (4/7) pagi. Hal ini terjadi setelah jam malam di kota terbesar kedua di Myanmar tersebut dipulihkan.
Sudah dua malam, kota tersebut dilanda kekerasan antar etnis agama. Ekstremis Buddha melakukan sejumlah serangan terhadap minoritas Muslim di Kota Mandalay. Sebanyak dua orang Muslim dilaporkan tewas dan 14 lainnya terluka.
Serangan yang terjadi selama dua malam berturut-turut ini menimbulkan kekhawatiran, kekerasan etnis yang telah menjangkiti negara itu terulang kembali. Selama dua tahun, Myanmar dilanda dengan konflik antaretnis, yang menyebabkan minoritas Muslim di negara tersebut banyak menjadi korban.
"Kami bersyukur dapat kembali beribadah dengan baik dan tenang. Kami juga dapat kembali beristirahat dengan nyaman," ujar Tin Aung, salah satu warga Muslim di Mandalay, dilansir AP, Jumat (4/7).
Toko-toko milik warga Muslim di Kota Mandalay terlihat telah dibuka kembali mulai pagi ini. Sebelumnya, dua hari saat kekacauan berlangsung, massa dari ekstremis Buddha melakukan pelemparan batu untuk merusak toko-toko milik Muslim tersebut.
Pemerintah Kota Mandalay menyatakan serangan dilakukan oleh lebih dari 50 anggota kelompok ekstremis Buddha. 20 diantara pelaku penyerangan diketahui adalah para biksu Buddha. Kepala Kementerian Regional Mandalay, Ye Myint mengatakan, sebanyak empat orang telah telah ditangkap.
Meski demikian, para warga Muslim sempat mempertanyakan mengapa Pemerintah kota terlalu lambat untuk menghentikan kekerasan yang terjadi. Selama dua hari serangan kelompok ekstremis Buddha tersebut, satu masjid, toko-toko, dan mobil dilaporkan dirusak dan dibakar.