Jumat 04 Jul 2014 19:20 WIB

PBB Ingatkan Irak Bisa Kacau Seperti Suriah

Kekerasan masih melanda Irak (ilustrasi)
Foto: Reuters/Thaier Al-Sudani
Kekerasan masih melanda Irak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak terancam jatuh ke kekacauan seperti Suriah jika elit politik gagal bersatu dan menyepakati pemerintahan, kata utusan PBB untuk Baghdad, Kamis.

Nickolay Mladenov mendesak pemimpin Irak mendorong upaya politik dengan pemilihan ketua parlemen, presiden dan perdana menteri, tapi mengakui bahwa ketegangan kali ini lebih buruk daripada puncak perang aliran di negara tersebut pada 2006.

"Jika Irak tidak mengikuti proses konstitusi politiknya, apa pilihannya?" kata Mladenov dalam sebuah wawancara dari kantornya di Baghdad.

"Irak beresiko jatuh dalam kekacauan seperti Suriah. Dan itulah yang perlu untuk dipahami, dengan sangat sangat cepat," katanya.

Mantan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Bulgaria itu mengatakan bahwa jika para pemimpin Irak tidak segera mewujudkan proses-proses politik itu, mereka masuk "dalam situasi yang tidak dapat diduga".

Pernyataannya itu diberikan seiring dengan terjadinya serangan yang dipimpin oleh para gerilyawan di lima propinsi utara dan barat dari Baghdad. Serangan itu memaksa ratusan ribu orang mengungsi dan menambah tekanan pada Perdana Menteri petahana Nuri al-Maliki.

Para kelompok bersenjata yang dipimpin oleh kelompok jihad utama Negara Islam (IS) menaklukan kota Mosul bagian utara pada 10 Juni, dan kemudian mengambil alih kendali beberapa kota saat kekuatan keamanan Irak lesu.

Tentara dan polisi sejak itu telah terlihat lebih mampu mengatasi, walaupun dengan hasil yang beragam pada operasi serangan.

"Irak tidak akan pernah sama seperti sebelum Mosul," kata Mladenov, "Tidak ada cara yang bisa membuat negara ini kembali."

Merujuk pada para politisi negara itu, ia berkata, "faktanya nyata, jadi kesampingkan perbedaan anda, ambisi pribadi anda. Akan ada waktu untuk membahas itu nanti. Sekarang adalah saat di mana anda perlu mencari cara untuk menyelamatkan negara."

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement