Senin 07 Jul 2014 19:33 WIB

Saya Puas Sudah Memilih di Pilpres 2014

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kegairahan warga Indonesia di luar negeri untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden 2014 sangat terasa. Banyak di antaranya yang mengalami kesulitan, namun tidak putus asa untuk memastikan bahwa proses tersebut dijalankan.

Seperti pengalaman Leo Lee, seorang warga Indonesia yang tinggal di Sydney. "Saya tinggal di Sydney sudah beberapa tahun terakhir, bersama istri dan anak saya. Dan tentu saja hari Sabtu (5/7), sebagai hari pemungutan suara di New South Wales, kami juga bermaksud memberikan suara," ujarnya, baru-baru ini.

Dia pun menceritakan ihwal dirinya mencoblos pilihannya pada pilpres 2014. Berikut kisahnya: Pukul 1 siang, saya berangkat ke KJRI di kawasan Maroubra, bersama istri.  Sampai di sana di halaman ada TPS 1 dengan kira-kira 50-an orang mengantri untuk mencoblos.

Tetapi karena kami tidak menerima surat panggilan untuk mencoblos, kami diarahkan ke TPS 4 yang berada di gedung bagian belakang.  Di sana kami ditanya apakah kami sudah mendaftar online dan bisa mengecek di pemilusydney.com. Setelah dicek, kami menemukan bahwa nama istri saya telah terdaftar di TPS 1, tetapi kami tidak tahu mengapa istri saya tidak menerima surat panggilan. Mungkin hilang atau diantar ke alamat rumah yang lama.

Sedangkan saya memang tidak terdaftar, karena saya memang belum mendaftar. Saya sudah sejak lama golput, termasuk di pemilihan legislatif yang baru lalu. Tetapi untuk pemilihan presiden kali ini, saya merasa perlu ikut campur, walaupun baru di detik-detik terakhir saya menemukan pilihan presiden yang saya mau dukung.

Suasana pemungutan suara di TPS 2 di KJRI Sydney. (Photo: Nicolas Manoppo/KJRI)
 
Dari TPS 4 kami menuju ke TPS 1, untuk mengambil nomor antriannya. Jadi istri saya sudah beres, tinggal tunggu panggilan dan coblos. Sedangkan saya yang belum mendaftar, dengan hanya membawa paspor, saya berusaha mendaftar ke TPS 2 yang berada di dalam gedung konjen lantai 2, karena saya lihat di situ agak sepi hanya ada 5 orang mengantri.

Tetapi petugas di sana mengatakan saya harus menunggu sampai jam 4 sore, setelah semua pemilih yang terdaftar mencoblos semua. Dan apabila ada sisa kertas suara saja saya bisa ikut pemilu.

Saya agak kecewa karena jam 3.30 saya harus bekerja paruh waktu dan belum ada jaminan juga kalau saya menunggu sampai jam 4 sore, bakal ada sisa kertas suara.

Saya kemudian kembali ke TPS 4 di belakang gedung, berusaha untuk mendaftar. Saya betul-betul ingin memberikan suara dan saya menyampaikan berbagai alasan dengan segala cara supaya bisa ikut. Dan rupanya dari TPS 4, saya diarahkan ke TPS yang tempatnya agak tersembunyi. Bentuknya seperti dapur.

Bagi anda yang tidak tahu gedung KJRI Sydney, inilah kira-kira letak berbagai TPS hari Sabtu tersebut. TPS 1 halaman konjen, TPS 2 lantai atas ruangan tunggu konjen, TPS 4 garasi mobil konjen di gedung belakang dan TPS 3 dapur gedung bagian belakang.

Di TPS 3, saya isi formulir pendaftaran, disuruh menyerahkan paspor dan kemudian datanya diinput ke komputer oleh petugasnya. Saya kemudian harus menunggu selama 30 menit sebelum akhirnya berhasil mengisi kertas suara. Perasaan saya puas sekali.

Jadi total waktu yang ada selama proses pemberian suara adalah 30 menit mencari informasi mengenai pendaftaran, dan 30 menit lagi untuk antri dan saya kemudian sampai di tempat kerja tepat waktu.

*Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Leo Lee, bekerja di bidang IT di Sydney selama beberapa tahun terakhir.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement