Senin 07 Jul 2014 22:49 WIB

UNESCO Serukan Penghentian Penyelundupan Artefak dari Negara Pasifik

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- UNESCO mendesak  berbagai negara di kawasan Pasifik untuk menandatangani perjanjian keberagaman budaya tahun 2005 guna mencegah perdagangan artefak budaya.

Direktur UNESCO untuk Pasifik, Etienne Cle’ment, menyatakan bahwa negara bertanggung jawab untuk menghentikan adanya perdagangan artefak budaya. Termasuk melindungi keberagaman budaya mereka sendiri, termasuk bahasa daerah.

Menurut Cle’ment, “penandatangan perjanjian adalah bagian dari komitmen politis pemerintah untuk menanggulangi masalah ini, serta menjadi bagian dari tanggung jawab mereka terhadap negara lain.”“Hal ini harus diikuti dengan undang-undang dan peraturan, yang tentunya akan dilaksanakan dan ditegakkan. Ketentuan hukum ini wajib ditegakkan dan di sinilah dimana banyak negara mengalami kesulitan,” katanya, baru-baru ini.

Pada Festival Seni dan Budaya Malanesia di Papua Nugini, Cle’ment berbicara dengan ABC mengenai meningkatnya perdagangan barang budaya di Pasifik yang diakibatkan oleh berkembangnya teknologi dan infrastruktur.

“Mudahnya akses dari berbagai negara menjadi salah satu faktor utama, khususnya untuk Papua Nugini yang menjadi negara terbesar di Pasifik,” jelas Cle'ment.

“Mereka membangun jalan dan infrastruktur yang memudahkan akses menuju desa-desa dan daerah yang sebelumnya susah untuk didatangi. Akibatnya,  berbagai komunitas di tempat tersebut mulai menjual artefak budaya mereka, sehingga di pasifik perdagangan barang budaya ini semakin berkembang, fenomena yang sebelumnya juga pernah terjadi di Afrika 20 tahun yang lalu.”

Cle’ment juga berkata bahwa tidak hanya benda budaya yang terancam hilang, namun juga budaya dalam bentuk lain seperti berbagai ritual, tari-tarian, musik, maupun juga bahasa.

Menurutnya, dengan membiarkan terbukanya budaya pasifik ke khalayak ramai kesakralan budaya tradisional akan menurun.

“Beberapa komunitas cenderung mudah untuk merubah ekspresi budaya mereka, Akibatnya banyak tarian dan pertunjukan budaya yang kehilangan esensi spiritualnya,” tambahnya.

Beberapa pertunjukan yang ditampilkan pada Festival ini, menurut Cle'ment, sudah mencampur tarian tradisional yang memiliki arti spiritual dengan House Music hingga merubah sifat dasar budaya itu sendiri.

“Pertanyaannya adalah, dimanakah batasnya? Tentunya budaya tradisional dapat terancam hilang dengan berkembangnya berbagai adaptasi dan campuran pertunjukan budaya,” katanya.

Cle’ment menyatakan bahwa negara yang terlibat harus lebih proaktif dalam melindungi budaya tradisional ini. Terutama dengan banyaknya komunitas yang terlambat dalam menyadari bahwa budaya mereka telah hilang.

“Melalui perkembangan komunikasi, terutama dengan berkembangnya akses jalan raya ke pedesaan dan migrasi dari desa ke kota oleh kalangan muda, muncul daya tarik yang kuat terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan.”

“Jelas, kesejahteraan kemudian menjadi prioritas utama pedesaan yang berakibat pada kurangnya perhatian desa dalam melindungi warisan budaya mereka yang mulai menghilang, warisan yang salah satunya adalah bahasa.”

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement