REPUBLIKA.CO.ID, GAZA-- Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza, Selasa (8/8). Serangan udara ini menghantam lebih dari 50 situs di Gaza, termasuk rumah-rumah warga sipil. Militer Israel menyebut operasi militer saat ini ditargetkan untuk menyerang Hamas.
Serangan udara mereka lakukan sebagai balasan atas roket yang ditembakan ke wilayah mereka. Israel menyebut operasi militer kali ini sebagai bagian dari kampanye yang dinamai 'Operasi Perlindungan Tepi.'
Para pejabat Palestina mengatakan Israel telah meluncurkan bom ke lebih dari 50 target dalam waktu kurang dari satu jam. Bom diluncurkan satu jam sebelum waktu subuh tiba. Rumah dua di Gaza Selatan, yang diidentifikasi merupakan milik anggoa Hamas termasuk target yang dikenai serangan udara.
Seorang saksi mata mengatakan sebuah rumah yang terkena serangan udara di Khan Younis telah rata dengan tanah. Dalam serangan udara dari Israel saat ini, sebanyak sembilan warga Palestina dilaporkan terluka.
Para korban diketahui terluka akibat terkena serpihan-serpihan bom. Belum ada korban lain yang dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel saat ini. Kementerian Dalam Negeri Palestina mengatakan warga yang berada di rumah-rumah, yang ditargetkan dalam serangan udara itu telah dihubungi oleh petugas intelijen Israel sebelum kejadian.
Petugas intelijen Israel itu meminta mereka untuk segera meninggalkan rumah mereka karena militer akan meluncurkan bom dalam waktu dekat. Warga yang berada di rumah langsung di evakuasi saat itu juga.
Juru Bicara militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan dalam sebuah penyataan di media sosial Twitter, saat ini operasi Israel masih berlanjut di Gaza. Ia mengatakan operasi kali ini ditujukan sepenuhnya untuk melemahkan kemampuan kelompok itu untuk melawan Israel.
Lerner menyatakan misi militer untuk menyerang Hamas akan terus berlangsung selama mereka merasa perlu untuk melaksanakannya. Ia mengatakan pasukan militer tidak berharap untuk melaksanakan misi mereka secara singkat. Hal ini guna mewujudkan keamanan Israel dalam jangka panjang.
Militer Israel mengatakan sebanyak hampir 300 roket dan mortir telah ditembakan ke Israel dalam satu bulan terakhir. Pada Senin (7/7) kemarin, sebanyak 80 proyektil dikatakan juga diluncurkan. Mereka mengisyaratkan untuk tidak meluncurkan serangan yang lebih besar, jika Hamas menghentikan serangan ke wilayah Israel.
"Hamas telah memilih arah eskalasi, kami akan meneruskan serangan selama dibutuhkan untuk keamanan dan keselamatan wilayah kami," ujar Lerner, dilansir AP, Selasa (8/7).
Hamas mengeam keras tindakan Israel saat ini. Serangan udara yang diluncurkan Israel di rumah-rumah anggota mereka adalah pelanggaran terhadap garis merah, yang menjadi batas lokasi peperangan mereka. Hamas mengatakan mereka tidak akan tinggal diam.
Mereka mengancam akan menembakan roket ke jarak yang lebih jauh, salah satunya di kota yang berada di sebelah selatan Israel. "Kami akan merespon serangan Israel yang telah melewati batas ini dengan memperluas jangkauan target kami," ujar anggota Hamas, dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters, Selasa (8/7).
Ketegangan antara Palestina dan Israel mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dalam satu bulan terakhir. Ketegangan ini meningkat saat tiga remaja Israel diculik di Tepi Barat pada 12 Juni lalu.
Israel melakukan tindakan sewenang-wenang dalam pencarian tiga remaja yang akhirnya ditemukan tewas. Dalam hal ini, Israel terus menyalahkan Hamas sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan. Namun, tuduhan Israel ini dengan tegas dibantah oleh Hamas.