REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa malam (8/7) menyebut Israel menolak gencatan senjata dengan Palestina guna mengakhiri ketegangan di Jalur Gaza.
"Saya mengontak semua faksi Palestina di Jalur Gaza dan mereka ingin mewujudkan ketenangan, tapi Israel menolak dicapainya ketenangan," kata Abbas dalam satu pidato melalui televisi.
Pada Selasa pagi, Israel melancarkan "Operation Protective Edge" di daerah yang dikuasai Hamas, Jalur Gaza, guna meredam serangan roket, amunisi dan mortir dari daerah kantung Palestina itu ke dalam wilayah Israel.
Petugas medis mengatakan 23 orang Palestina, termasuk enam anak kecil, tewas dan lebih dari 122 orang lagi cedera, tujuh di antara mereka berada dalam kondisi serius, selama serangan sengit Israel terhadap Jalur Gaza pada Selasa.
Sayap bersenjata HAMAS, Brigade Al-Qassam, untuk pertama kali, telah mengaku bertanggung jawab atas penembakan roket jarak-jauh yang menghantam beberapa kota Israel termasuk Tel Aviv dan Jerusalem.
Abbas meyakinkan bahwa ia akan pergi ke lembaga internasional untuk menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Rabu (9/7) pagi.
Ditambahkannya, "Pemerintah Persatuan akan melakukan upaya terbaiknya guna membantu orang Palestina di Jalur Gaza dan Jerusalem."
"Sudah tiba waktunya bagi masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab atas agresi Israel terhadap rakyat kami," kata Abbas di dalam pidatonya.
Kantor berita resmi palestina, Wafa, melaporkan Abbas telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah As-Sisi guna membahas ketegangan yang meningkat di Jalur Gaza. As-Sisi berjanji bahwa Mesir akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu mewujudkan ketenangan di Jalur Gaza dan menghindari serangan lebih lanjut Israel.