REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman tengah menyelidiki laporan baru mengenai Amerika Serikat (AS) yang membayar seorang pejabat negara untuk memberi informasi rahasia, Rabu (9/7). Laporan baru tersebut semakin menambah ketegangan antara Jerman dan AS, yang dimulai pada awal pekan ini.
Ketegangan diawali adanya laporan seorang karyawan intelijen luar negeri Jerman yang menjadi mata-mata untuk AS. Laporan ini langsung memicu kemarahan Jerman, yang sebelumnya juga sempat terlibat ketegangan akibat penyadapan yang AS lakukan pada 2013 lalu.
Komite Parlemen Jerman mengatakan saat ini, pihaknya tengah menyelidiki orang kedua yang diduga menjadi mata-mata AS, yaitu seorang pejabat militer yang bekerja di Kementerian Pertahanan Jerman. Komite Parlemen menyatakan AS benar-benar berada di luar kendali mereka, jika tuduhan ini terbukti benar.
"AS tampaknya berpikir mereka diizinkan untuk melakukan segala sesuatu dimanapun, namun tidak di Jerman. Kami akan semakin berhati-hati terhadap upaya mata-mata ini," ujar Hans-Christian Stroebele, anggota senior Komite Parlemen Jerman kepada MCT News, Rabu (9/7).
Dalam lima hari, intestigasi Jerman menemukan bahwa AS membeli berbagai informasi rahasia dari dua orang dalam pemerintahan mereka. Pada awal pekan ini, Kejaksaan Jerman mengumumkan, seorang pria yang disebut sebagai orang pertama melakukan kegiatan mata-mata untuk AS.
Pria yang menjadi karyawan dinas intelijen luar negeri Jerman (BND) itu diketahui juga bekerja untuk CIA dan telah menyerahkan lebih dari 200 dokumen rahasia jerman pada lembaga intelijen AS tersebut. Ia disebut menerima imbalan sebesar 25 ribu euro untuk melakukan pekerjaannya.
Sumber-sumber keamanan mengatakan, pria kedua yang diketahui merupakan seorang pejabat militer tengah diselidiki, namun hingga saat ini penahanan belum dilakukan kepadanya. Kejadian ini terjadi setahun setelah persitiwa penyadapan ponsel Kanselir Jerman, Angela Merkel.