REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam serangan Israel ke Gaza, Palestina dan menjadikannya sebagai salah satu agenda dalam rapat kabinet paripurna yang digelar di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.
Presiden dalam pengantarnya mengatakan, terus berupaya aktif untuk menghentikan aksi kekerasan tersebut dalam ranah diplomasi baik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan Gerakan Non Blok.
"Indonesia di samping mengecam aksi militer Israel yang berlebihan juga aktif menjalankan diplomasi baik di tingkat PBB, OKI maupun Gerakan Non-Blok," kata Presiden.
Presiden menyatakan, empat hal dasar posisi Indonesia dalam berdiplomasi memberikan solusi penghentian aksi-aksi kekerasan. Pertama, aksi militer Israel harus dihentikan. Kedua, mengadakan gencatan senjata dengan pengawasan oleh PBB.
Ketiga, mencegah aksi saling balas antar-kedua pihak. Keempat, segera diadakan bantuan kemanusiaan untuk korban-korban di Palestina terutama untuk perempuan dan anak-anak. Untuk itu, Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu meminta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk memberikan informasi rinci terkait hal tersebut.
Dalam rapat kabinet paripurna tersebut, juga diagendakan pembahasan situasi terkini pasca-Pemilihan Presiden 2014 yang telah berlangsung secara damai, namun masih menyisakan persoalan saling klaim kemenangan antara pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK) terkait hasil hitung cepat.
Selain itu, agenda lainnya, membahas penyelesaian programn seratus hari terakhir, sebelum berakhirnya Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II pada 22 Oktober 2014 ini. Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Perdagangan M Lutfhi dan Menteri Keuangan Chatib Basri.
Selain itu ada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana Menteri Pertanian Suswono, Menteri Kelautan dan Perikanan Cicip Syarif Sutardjo, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri ESDM Jero Wacik, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Kepala Badan Intelijen Nasional Marciano Norman, Kapolri Sutarman dan Jaksa Agung Basrief Arief.