Jumat 11 Jul 2014 20:30 WIB

Gaza, Benteng Perlawanan Terhadap Israel (1)

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
 Buldoser membersihkan puing reruntuhan sebuah rumah yang hancur akibat serangan udara Israel di Rafah di selatan Jalur Gaza, Jumat (11/7).  (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa )
Buldoser membersihkan puing reruntuhan sebuah rumah yang hancur akibat serangan udara Israel di Rafah di selatan Jalur Gaza, Jumat (11/7). (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa )

REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah krusial Gaza berada di abad ke 20, saat berkonflik dengan Israel. Puncaknya adalah gerakan perlawanan Intifda dan perjuangan nasional Palestina merebut kembali kemerdekaannya.

Dick Doughty dalam artikelnya 'Gaza: Contested Crossroad' menulis Gaza masih berada dalam keadaan kondusif saat Dinasti Turki Usmani merebutnya dari Dinasti Mamluk pada 1516. Dinasti Turki Usmani mulai membuka diri untuk kunjungan warga Perancis ke Gaza sejak sekitar 1660an.

Bahkan Napoleon sempat berada selama tiga hari di Gaza pada 1799 dan menempati rumah Raja Ridwan. Firas Alkhateeb dalam 'The Nakba: The Palestinian Catastrophe of 1948' di laman Lost Islamic History menulis, pada 1800an, Eropa melahirkan gerakan nasionalisme yang juga memengaruhi orang-orang Yahudi di sana.

Gerakan ini melahirkan gerakan Zionisme, pendirian negara Yahudi. Mengalami tekanan dan diskriminasi di Eropa, Yahudi berinisiatif mendirikan negara sendiri. Usai Kongres Zionis Pertama pada 1897,  Gerakan Zionisme memutuskan Palestina sebagai tempat berdirinya negara Yahudi.

Saat itu, Palestina, termasuk Gaza di dalamnya, masih merupakan bagian wilayah milik Dinasti Turki Usmani. Pemimpin Gerakan Zionisme, Theodor Herzl, sempat menawarkan transaksi pelepasan tanah Palestina dari Dinasti Turki Usmani dengan tawara 150 juta Poundsterling kepada Raja Abdulhamid II. Namun Palestina tetap dipertahankan menjadi bagian Dinasti wilayah Turki Usmani.

Saat Perang Dunia Pertama pecah, Inggris menduduki Palestina pada 1917. Di saat yang tak lama berselang, Inggris mendeklarasikan dukungan berdirinya negara Yahudi di Palestina. Setelah perang, Palestina berada di bawah Liga Mandat Negara Inggris pada 1920.

Saat itulah arus emigrasi Yahudi ke tanah Palestina bermula. Berdasarkan data sensus Inggris, dalam 25 tahun sejak 1922, jumlah warga Yahudi di Palestina mencapai 553.600 jiwa. Tak lagi bisa mengendalikan teretori, Inggris meninggalkan Palestina pada 1940an dengan Mandat Palestina.

Di tahun yang sama pula, Israel mengumumkan berdirinya negara Yahudi bernama Israel. Perang pecah antara Palestina dan Israel yang membuat lebih dari 700 ribu warga Palestina mengungsi ke berbebagai negara tetangga, inilah peristiwa yang dikenal sebagai Nakba.

Desakan Israel untuk menguasai Semenanjung Sinai, Gaza, Tepi Barat, Yerusalem, dan Dataran Tinggi Golan kian menjadi sehingga terjadi Perang Enam Hari pada 5 hingga 10 Juni 1967. Wilayah Tepi Barat dan Yerusalem berada di bawah kendali Yordania.

Sementar Gaza berada di bawah kepemimpinan Mesir dan Dataran Tinggi Golan juga lebih kuat dipengaruhi Suriah. Invasi Israel membuat ketiga negara membuat pertahanan bersama di bawah komando Mesir. Dewan Keamanan PBB menginisiasi genjatan senjata antara kedua kubu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement