Jumat 11 Jul 2014 20:45 WIB

Gaza, Benteng Perlawanan Terhadap Israel (2)

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Serangan Israel ke Gaza
Foto: AP
Serangan Israel ke Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1978, diadakan perundingan antara Israel dan Mesir di Camp David dimana Israel mengembalikan Semenanjung Sinai kepada otoritas Mesir. Pembicaraan mengenai otonomi Gaza dan Tepi Barat juga sempat disinggung.

Namun tidak berujung solusi karena Palestina yang diwakili Palestinian Liberation Organization (PLO) tidak menerima pembatasan otonomi dalam usulan itu. Ketidak-sepakatan ini menimbulkan konflik lanjutan seperti penyerangan kamp pengungsi Palestina di Lebanon pada 1982.

Di laman resminya, Maan News memuat jejak gerakan Intifada. 9 Desember 1987, Gaza menggelorakan gerakan Intifada atas serangan Israel di distrik pengungsi Jabalya di Gaza yang menewaskan empat orang dalam mobil yang mengantar pekerja Palestina.

Gerakan perlawanan ini tidak hanya dilakukan terbuka dengan menyerang tentara Israel di jalan dan demonstrasi, tapi juga boikot terhadap produk Israel dan serangan balik melalui bom bunuh diri. Israel melakukan serang balik dengan tindakan represif disertai penutupan fasilitas publik bagi warga Gaza.

Gerakan Intifada terus berlangsung hingga 1991, sampai akhirnya Dewan Keamanan PBB didesak untuk menggelar perundingan antara Israel dan PLO di Oslo pada 1993. Saat itu Gaza diakui sebagai daerah otonom di bawah Otoritas Nasional Palestina pada 1994.

Gerakan ini kembali bangkit pada 2000 saat mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan seribu polisi Israel masuk Masjid al-Aqsa, demikian ditulis Jon Elmer dalam artikelnya 'Remembering the Second Intifada' di laman Aljazirah.

Saat itu pula, Israel terus melakukan serangan hingga 2004. Sejumlah tokoh Gaza seperti Sekretaris Jenderal Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) Abu Ali Mustafa pada 2001 serta dua tokoh Hamas Syaikh Ahmad Yassin dan Abdel Aziz Rantissi pada 20014.

Serangan Israel ke Gaza makin intensif sejak otoritas Gaza menolak mengakui Israel sebagai entitas negara pada 2006. Sejak itu Israel melakukan operasi militer berulang seperti Operation Cast Lead pada 2008 hingga 2009 dan Operation Pillar of Deffense pada pada 2012 lalu. 2014 ini Israel kembali mengguncang Gaza melalui serangan militer Operation Protective Edge.

Konflik ini tidak bisa dilepaskan dari peran dua faksi politik di Palestina, Hamas yang berbasis di Gaza dan Fatah yang berbasis di Tepi Barat. Selama ini, Israel bersedia melakukan pembicaraan dengan Fatah.

Namun, saat belakangan Fatah menyatakan persatuan dengan Hamas, Israel menolak menolak pembicaraan dengan Fatah. Hampir sebagian besar serangan Israel ke Gaza diatas-namakan serangan terhadap Hamas yang menolak mengakui Israel sebagai negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement