Senin 14 Jul 2014 22:09 WIB

Berbuka Bersama di Masjid Pusat Kota Melbourne

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Di Melbourne, adzan Maghrib berkumandang hanya selang beberapa menit setelah pukul 5 sore. Bagi umat Muslim yang bekerja tidak memiliki banyak waktu untuk bisa berbuka di rumah. Tapi mereka tak perlu khawatir, karena masjid-masjid di kota Melbourne menawarkan takjil dan makan malam.

Sore itu, waktu di Melbourne sudah menunjukkan pukul 17:18 sore. Muhammad Abdullah, salah satu warga yang bekerja di kawasan pusat bisnis (CBD) Melbourne, bergegas masuk menuju ke sebuah gedung.

Gedung tersebut tampak tidak berbeda dengan gedung di sebelahnya, hanya bertuliskan 'Melbourne Madinah'. Tanpa kubah atau menara adzan, seperti layaknya masjid-masjid di Indonesia, Melbourne Madinah menjadi salah satu masjid yang paling terdekat dari pusat kota.

Suasana berbuka puasa di masjid yang terletak di pusat kota Melbourne (Foto: Erwin Renaldi)
Menjelang berbuka, ada sekitar 50 orang yang sudah berada di masjid itu. Saat Adzan berkumandang, mereka pun bergegas masuk ke sebuah ruangan.
Di ruangan tersebut, sejumlah makanan telah disediakan, seperti kurma, berbagai jenis minuman ringan, seperti jus, dan juga buah-buahan segar. Dan ada yang spesial pada sore itu, karena salah seorang jamaah menyumbangkan beberapa pizza.
Makanan-makanan untuk berbuka atau takjil, memang biasanya berasal dari sumbangan para jamaah. Ada pula sumbangan dari restoran-restoran Halal yang berada di kota Melbourne.
Nasi Biryani atau dikenal sebagai Maklouba di Timur Tengah jadi makanan khas berbuka bersama (Foto: Erwin Renaldi)
Tetapi makanan apa yang disajikan bukanlah hal yang penting. Menurut Muhammad Abdullah, yang terpenting justru kebersamaannya.
"Saya di sini bisa berjumpa dengan banyak orang dari beragam latar, dan sangatlah luar biasa saat bisa makan bersama, duduk, dan membicarakan banyak hal. Benar-benar sebuah persaudaraan," ujar Muhammad.
Usai shalat Maghrib, terpal berwarna biru digelar. Antrian untuk mengambil nasi dalam kotak mulai ramai, beberapa di antara mereka baru saja bergabung.
Masjid di pusat kota tampak luar yang tidak terlihat seperti masjid (Foto: Erwin Renaldi)
Bagi mereka yang sedang berjalan-jalan atau bersekolah di Melbourne, berbuka puasa bersama di masjid ini bisa juga menjadi ajang mengobati kerinduan berbuka bersama keluarga.
"Lebih baik saya berbuka di masjid, daripada berbuka sendirian," ujar Abdel Dunnes, warga Perancis yang kini bekerja di salah satu perusahaan roti dan kue di Melbourne.
"Bukan saja mendapatkan makanan, tetapi juga bisa mencari teman-teman baru," tambahnya kepada wartawan ABC International, Erwin Renaldi.
Antrian di saat adzan maghrib berkumandang (Foto: Erwin Renaldi)
Hal yang sama juga diutarakan oleh Izzat Birrusan pelajar asal Malaysia di Adelaide, yang sedang berkunjung ke Melbourne untuk beberapa hari.
"Karena ini adalah bulan suci Ramadan, jadi berada di lingkungan yang tepat bisa memberikan motivasi bagi mereka yang tinggal jauh dari keluarga," ujar Izzat.
Tak hanya itu ia pun mengaku terbantu dengan beberapa masjid di Melbourne yang menyediakan makanan saat berbuka.
"Tentunya kalau dilihat dari perspektif saya sebagai mahasiswa, saya sangat bersyukur, karena tidak perlu keluar uang untuk membeli makanan."
Selain menyediakan berbuka puasa, di 10 hari terakhir di bulan Ramadan, masjid-masjid pun akan menyediakan makanan sahur dan kebanyakan masjid buka 24 jam bagi mereka yang hendak melakukan ibadah itikaf (berdiam diri di masjid).

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement