REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Senin larut malam (14/7), menyambut baik gagasan gencatan senjata guna mengakhiri satu pekan kerusuhan berdarah lintas-perbatasan antara Israel dan faksi Palestina.
Abbas memuji upaya dan peran Mesir guna melindungi rakyat Palestina, kata kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Presiden Palestina tersebut juga telah mendesak kedua pihak agar berkomitmen pada ketentuan gagasan gencatan senjata baru guna menghentikan pertumpahan darah rakyat mPalestina. Gagasan baru itu diharapkan akan melicinkan jalan bagi proses politik guna mengakhiri pendudukan Palestina dan mengarah kepada berdirinya Negara Palestina Merdeka.
Para pejabat HAMAS tak mengomentari gagasan Mesir itu, dan menyatakan mereka masih mempelajari usul tersebut, kata Xinhua, Selasa pagi.
Sementara itu, media laporan Israel mengkonfirmasi bahwa kabinet-mini Israel dijadwalkan bersidang pada Selasa guna membahas gagasan Mesir tersebut.
Pada Senin pagi, Mesir telah melancarkan gagasan gencatan senjata antara Israel dan faksi Palestina di Jalur Gaza dan mengundang kedua pihak agar menghentikan permusuhan sampai Selasa pukul 06.00 GMT (13.00 WIB).
Gagasan itu mendesak Israel dan faksi Palestina di Jalur Gaza "agar menghentikan semua tindakan agresi baik melalui darat, laut atau udara" dan pada saat yang sama membuka tempat penyeberangan perbatasan untuk memfasilitasi lalu lintas rakya dan barang sehubungan dengan kondisi keamanan di lapangan.
Pada Selasa, Israel melancarkan operasi udara habis-habisan dengan nama "Operation Protective Edge" untuk mengakhiri serangan roket ke dalam wilayahnya, sehingga menewaskan dan melukai 1.385 orang lagi.
Gagasan itu meliputi penyelenggaraan pembicaraan terpisah dengan delegasi senior Israel dan Palestina di Ibu Kota Mesir, Kairo, dalam waktu 48 jam untuk melaksanakan gagasan tersebut untuk menangani tindakan yang diperlukan bagi pembangunan rasa saling percaya.
Pembicaraan itu akan dilandasi atas kesepakatan gencatan senjata 2012, yang diperantarai oleh Kairo.