Rabu 16 Jul 2014 21:43 WIB

Komputer Teknologi Kuantum Bisa Pecahkan Kode Bank

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Komputer berteknologi kuantum diprediksi dapat membawa revolusi dalam hal online secutiry. Komputer ini, misalnya, adalah alat yang ampuh untuk memecahkan kode perbankan.

Belakangan ini, ahli fisika sedang bekerja membuat teknologi kuantum yang bisa digunakan pada generasi baru jam, yang akan melancarkan sinkronisasi satelit GPS.

Juga dalam sensor, dengan tingkat ketelitian amat tinggi yang akan digunakan untuk alat medis. Selain itu, juga dapat digunakan untuk secara sistematis mendesain obat-obatan baru dan materi yang ukurannya dapat mencapai sekecil atom.

Namun penemuan teknologi ini di lain pihak dapat mengancam online security dimana kita menggantungkan diri pada efektifitas password.

Saat ini, keamanan semua transaksi online bergantung pada tingkat kesulitan untuk memecahkan faktor prima. Alat yang dibutuhkan seorang pencuri untuk dapat memecahkan kode modern dalam waktu yang singkat akan memerlukan kombinasi dari semua komputer yang ada di muka bumi saat ini.

Terlepas dari ini, revolusi kuantum dapat mengancam keadaan ini.

Pada tahun 1994, Peter Shor dari Massachusetts Institute of Technology menemukan sebuah algoritma yang dapat memecahkan kode matematis tersebut. Untuk saat ini, hal itu tidak menjadi masalah untuk online banking. Algoritma yang ditemukan Shor ini tidak dapat dilakukan pada komputer yang kita miliki saat ini. Namun, algoritma itu dapat berjalan di komputer kuantum.

Teknologi kuantum ini sendiri masih sangat baru. Pada saat ini, komputer kuantum terbesar saja hanya dapat beroperasi dengan 10 quantum bit. Mereka juga masih sangat sensitif terhadap miskalkulasi dan kesalahan kecil.

Setiap bit quantumnya hanya dapat diandalkan untuk beberapa ribu manipulasi dasar. Komputer ini masih jauh tertinggal ketimbang komputer yang ada di smartphone kita yang berkemampuan untuk memproses setengah triiyun bit digital setiap satu per satu milyar detik.

Meski komputer kuantum pada akhirnya akan membuat kode yang kita miliki saat ini mubazir, mekanika kuantum juga memiliki kemampuan potensi untuk meningkatkan keamanan lebih dari yang sekarang kita miliki.

Setelah bertahun-tahun memecahkan dan membuat kode, masih tersisa sebuah skema kode yang tidak dapat ditembus, bahkan oleh komputer kuantum. Kode ini disebut one-time key protocol. Komposisi utama dari kode ini adalah serangkaian daftar kode acak yang di bagikan antar kubu yang saling berkomunikasi.

Namun masalah muncul ketika kita harus mengkomunikasikan kode ini sendiri.

Kedua kubu yang saling berkomunikasi harus pernah mengkomunikasikan kode antarsatu dengan yang lainnya, atau mempersiapkan agen terpercaya yang akan dapat membagikan kode ini sendiri. Hal ini menimbulkan masalah apabila mereka belum pernah saling bertemu, apalagi kalau kode yang diberikan sangatlah penting sehingga mereka harus sangat berhati-hati sebelum memberikannya.

Luar biasanya, mekanika kuantum dapat memberikan mekanisme untuk mendistribusi kode secara acak melalui jalur komunikasi yang rawan tanpa membutuhkan bantuan agen terpercaya.

Memanfaatkan protokol yang diberi nama quantum key distribution, pertukaran akan melibatkan photons khusus, yang adalah partikel kuantum cahaya. Ketika photons dikirim, diterima, dan diukur, sifat acak dari perhitungan kuantum akan memproduksi angka acak yang murni antara kedua kubu yang berkomunikasi.

Status dari sistem kuantum dapat berubah ketika diobservasi, memastikan bahwa kubu yang berkomunikasi tahu bahwa kode acak yang mereka gunakan itu benar-benar aman atau tidak.

Distribusi kode kuantum kini sudah tersedia secara komersil. Terlepas kabel optik transparan yang mereka gunakan, cahaya masih dapat diserap dari jarak beberapa lusin kilometer. Hal ini meningkatkan jarak dimana sistem ini dapat beroperasi.

Pada akhirnya, mekanika kuantum dapat memecahkan algoritma enkripsi kode yang modern, namun mereka juga dapat memberi jalan baru untuk meningkatkan keamanan komunikasi, dan juga dapat memberikan variasi untuk teknologi lainnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement