REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyerukan gencatan senjata antara Israel dan pejuang Hamas di Palestina.
"Jika situasi terus dibiarkan seperti sekarang, yang menderita justru warga sipil tak berdosa. Saya pikir sangat mendesak gencatan senjata ini harus segera diterapkan," kata Marty, Selasa (15/7).
Namun dia menegaskan gencatan senjata bukan berarti Palestina dan Israel sama-sama salah.
"Jelas Palestina ditindas dan Israel yang menindas. Tapi bila ingin menghentikan keadaan saat ini, demi kepentingan masyarakat sipil tak berdosa, upaya gencatan senjata harus didukung," katanya.
Sebelumnya diberitakan Israel menyetujui usulan Mesir soal gencatan senjata dengan Hamas. Namun Gerakan Hamas Palestina mengatakan, Senin (14/7) lalu, pihaknya tidak akan mengakhiri permusuhan dengan Israel tanpa ada kesediaan dari negara Yahudi itu maupun upaya serius menuju tercapainya gencatan senjata.
"Pembicaraan mengenai gencatan senjata memerlukan upaya nyata dan serius, yang sejauh ini kami belum lihat," kata tokoh Hamas Mushir al-Masri kepada AFP di Kota Gaza.
Masri mengatakan Hamas hanya akan berunding jika ada kesediaan yang disepakati Israel. Kesediaan itu antara lain mencakup pencabutan penutupan Jalur Gaza --yang sudah berjalan selama delapan tahun, dibukanya perlintasan perbatasan Rafah dengan Mesir serta pembebasan para warga Palestina yang ditahan oleh Israel, yang dimasukkan ke penjara setelah sebelumnya dibebaskan sebagai pertukaran tentara Israel Gilad Halit pada 2011.
"Gencatan senjata harus didasarkan pada syarat-syarat yang telah kami tentukan," kata Masri.