Rabu 16 Jul 2014 12:45 WIB

Pengungsi Gaza Perlu Perlindungan (1)

Rep: c63/c66/ Red: Damanhuri Zuhri
Gaza, Palestina.
Foto: Reuters
Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah/ Dessy Suciati Saputri

Sekjen PBB Ban Ki-moon mendesak Israel membatalkan rencana invasi darat.

GAZA --- Sebanyak 17 ribu warga mengungsi meninggalkan rumah mereka sejak militer Israel menggempur wilayah Jalur Gaza, Palestina.

Israel belum menghentikan operasi militer bertajuk Operation Protective Edge yang sudah dilancarkan sejak Selasa (8/7) menjelang subuh.

Pejabat badan PBB untuk pengungsi Palestina (United Nation Relief and Work Agency/UNRWA) Robert Turner menyatakan, 17 ribu warga Gaza kini menghuni fasilitas PBB yang berada di Gaza City.

“Fasilitas mampu menampung lebih dari 50 ribu pengungsi saat serangan darat Israel terjadi,” kata Robert seperti dilansir Maan News, Senin (14/7).

Selain jumlah pengungsi, PBB juga mengonfirmasi sebanyak 800 warga Palestina yang memegang dua kewarganegaraan sudah meninggalkan Gaza melalui perbatasan Erez di Israel.

Menurut Robert, para pengungsi umumnya merupakan warga Gaza yang tinggal di sebelah utara Gaza City di Jabaliyah dan Beit Lahiya.

Beit Lahiya adalah lokasi militer Israel menebar brosur-brosur peringatan agar warga sipil meninggalkan rumah mereka.

Peringatan disebarkan sebelum pasukan tempur udara Israel membombardir wilayah Beit Lahiya dengan rudal-rudal dan bom canggih.

Juru Bicara Militer Israel Letnan Kolonel Peter Lerner mengakui, pasukan Israel sengaja menyebarkan leaflet peringatan agar warga sipil meninggalkan rumah mereka.

Kendati sudah ada peringatan dari Israel, seorang warga Gaza, Sawla el Tibi, mengatakan kepada BBC, terlalu berbahaya bagi warga Gaza untuk meninggalkan rumah mereka. Sudah sepekan pasukan Israel terus melakukan serangan udara dan menembakkan rudal ke Jalur Gaza.

“Sejak awal agresi dan serangan udara militer Israel terhadap rakyat kami di Jalur Gaza, lebih dari 80 korban tewas adalah warga sipil, sedangkan lebih 1.200 lainnya mengungsi,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, Ashraf al-Qidra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement