REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Uni Eropa menambah sanksi kepada Rusia setelah dituduh memberikan dukungan kepada pemberontak Ukraina. AS telah menargetkan sejumlah bank utama termasuk Gazprombank, perusahaan pertahanan, dan perusahaan energi termasuk Rosneft.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sanksi tersebut akan menyebabkan hubungan AS-Rusia berakhir. BBC melaporkan, Uni Eropa menyebutkan akan menjelaskan secara lengkap terkait sanksi tersebut pada akhir Juli. Namun, pihaknya menambahkan bahwa bank investasinya tidak lagi akan mendanai proyek Rusia.
Putaran baru sanksi AS ini diumumkan oleh departemen keuangan AS untuk memperluas sanksi secara signifikan. Selain bank-bank utama dan perusahaan energi, pabrik senjata Kalashnikov Concern juga masuk dalam daftar.
Selain itu, pemberontak di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk, juga masuk dalam target. Sementara itu, Presiden AS Barack Obama mengatakan sanksi tersebut dijatuhkan karena Rusia gagal memenuhi janjinya untuk mengurangi krisis di Ukraina.
“Sanksi-sanksi ini sangat penting yang dibuat untuk menjatuhkan sanksi maksimum kepada Rusia dan mengurangi dampak terhadap perusahaan-perusahaan Amerika dan sekutu kami,” katanya.
Obama juga menegaskan AS mendukung Ukraina dengan mengatakan warga Ukraina berhak memutuskan nasib mereka sendiri. Putin yang juga mengunjungi Brasil mengatakan sanksi tersebut mempunyai efek bumerang.
“Sanksi-sanksi tersebut mempunyai efek bumerang dan akan mendorong hubungan AS-Rusia berakhir, dan menyebabkan kerusakan yang sangat serius,” kata Putin.
Di Brussels, pemimpin Uni Eropa menyepakati untuk menjatuhkan sanksi yang lebih kuat terhadap Rusia. Mereka mengatakan daftar perusahaan dan individu yang dikenai sanksi akan diumumkan pada akhir Juli.