REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit Indonesia yang didirikan di Gaza siap dioperasikan menyusul daruratnya kondisi di wilayah tersebut serta minimnya fasilitas untuk menangani korban tewas dan luka-luka yang terus berjatuhan.
"Sebetulnya, RS Indonesia ini akan dibuka pada Desember, tetapi karena desakan warga Palestina akan kita buka kapan pun itu kita siap," kata Ketua Divisi Konstruksi Mer-C Idrus Alatas saat konferensi di Jakarta, Jumat.
Idrus menyebutkan pembukaan darurat ini akan mengoperasikan unit-unit, sebagai berikut unit IGD dan kamar tindakan beroperasi maksimal, unit ICU beroperasi dengan 10 bed dengan lima ventilator, poliklinik beroperasi maksimal, laboratorium beroperasi maksimal dan radiologi hanya dilengkapi X-ray portable/mobile.
Selain itu, lanjut dia, termasuk kamar bedah dari kapasitas empat kamar, baru beroperasi satu kamar dan unit rawat inap dengan kapasitas 50 tempat tidur.
Idrus mengatakan pihaknya juga tengah menyiapkan tim bedah untuk diberangkatkan ke Gaza sambil menunggu adanya koordinasi dengan KBRI di Mesir dan Kedutaan Besar Mesir di Jakarta.
"Sebelumnya, kami sudah berkunjung ke Kedutaan Besar Mesir di Jakarta untuk berkoordinasi karena selama ini kita melewati jalur Gaza atas izin Mesir," katanya.
Dia menyebutkan sebanyak tiga orang dokter bedah dan dua perawat yang siap diberangkatkan ke Gaza.
"Semoga ini dapat menjadi amal baik yang mempersatukan hati rakyat Indonesia dan Palestina, sebagai bukti kemanusiaan yang tidak mengenal batas dan jarak," katanya.
Dalam konferensi pers tersebut juga dilakukan telekonfrensi melalui media sosial Skype dengan relawan Mer-C di Gaza, Nur Ikhwan Abadi.
Ikhwan mengatakan kondisi rumah sakit di sana sangat memprihatinkan dan banyak korban yang tak tertangani.
"Masih sibuk menangani korban, banyak korban mengalami luka parah, kakinya putus, korban luka ringan disarankan langsung pulang karena kapasitas rumah sakit yg terbatas. Mereka mengharapkan RS Indonesia beroperasi. Kondisi rumah sakit di sini sangat tidak memungkinkan," katanya.