REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– United Nation atau Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai tidak akan memiliki pengaruh terhadap penghentian serangan Israel ke Gaza Palestina. Ketua Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Pusat, Suripto, mengatakan pada tahun 1955 Presiden Soekarno mengatakan PBB tidak bisa menyelesaikan kasus penjajahan di beberapa negara di Benua Afrika.
Justru saat itu Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afria (KAA) untuk bersama-sama 28 negara di dunia mengadakan konferensi di Bandung.
“PBB tidak bisa diharapkan (untuk menghentikan penyerangan Israel ke Gaza),” kata Suripto dalam diskusi bertema Advokasi Kemanusiaan Gaza Wujud Kepedulian Perdamaian Dunia di kantor Pusat Advokasi Hukum dan HAM (PAHAM), Jakarta Timur, Jumat (18/7).
Suripno menilai apa yang dilakukan Israel terhadap Gaza bukan penyerangan melainkan pembantaian. Israel melakukan blokade terhadap Gaza sehingga warga kesulitan logistik, listrik dan air. Suripno menilai alasan Israel melakukan serangan dan pembantaian kepada warga di Gaza lantaran kekhawatiran adanya rekonsiliasi pemerintah Palestina dengan pejuang Hammas dan efek Arab spring yang membawa dampak bagi Mesir seperti terbukanya pintu-pintu Rafah.
Pembina PAHAM tersebut menilai strategi paling mujarab untuk menghentikan agresi Israel ke Gaza yakni dengan melakukan gerakan BSD yakni boikot, sanksi dan divestment. Cara yang riil yang bisa dilakukan warga Indonesia dengan memboikot semua produk-produk buatan Israel yang beredar di Indonesia. Misalnya air minum kemasan, kurma dan makanan siap saji.
Dengan melakukan boikot secara bertahap dan konsisten maka akan menghambat pasokan dana Israel dalam melakukan agresi. “Ini akan menjadi gerakan baru yang membuat mereka gentar (Israel) kalau seluruh umat Islam komitmen melakukan gerakan ini,” imbuh Suripto.
Selain itu, di bidang budaya masyarakat diimbau untuk tidak mengonsumsi fashion yang berbau Yahudi dan menghentikan konsumsi film buatan bangsa Yahudi. “Di Malaysia itu luar biasa. Restoran McD kosong saat ramadhan ini. Padahal tahun lalu selalu penuh. Kalau kita ingin konsisten minimal dimulai dari kita,” imbuh Sekjend PAHAM, Sylvia Abdul Hamid.