Sabtu 19 Jul 2014 14:23 WIB

Kecuali di Rusia, MH17 Dominasi Halaman Depan Media Dunia

Rep: c92/ Red: Mansyur Faqih
Anggota komunitas Ukraina membawa poster menolak Presiden Rusia, Vladimir Putin menghadiri pertemuan pimpinan G20 November mendatang. Mereka menyalahka Putin atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17
Foto: reuters
Anggota komunitas Ukraina membawa poster menolak Presiden Rusia, Vladimir Putin menghadiri pertemuan pimpinan G20 November mendatang. Mereka menyalahka Putin atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina menjadi headline koran di seluruh penjuru dunia pada Jumat (18/7). Namun tidak di Rusia. 

Harian milik pemerintah Rusia, Rossiyskaya Gazeta justru menjadikan kebiasaan makan warganya sebagai berita utama. Berita kematian 298 orang awak MH17 malah ditempatkan di bagian bawah halaman depan. 

Seperti dilansir the Guardian, koran Rusia lain termasuk Vedomosti, memasang cerita tentang sanksi Amerika Serikat terhadap negeri beruang merah itu.

Guardian menyatakan, keputusan editorial itu sebagai hal yang aneh. Atau malah rencana sadar untuk meredam serangan media dunia yang telah mengarah ke Rusia. 

Dituliskan, televisi pemerintah memang memberitakan insiden tersebut. Namun mengklaim kalau tentara Ukraina menembak pesawat tersebut. 

Stasiun televisi Channel One mengatakan Kementerian Pertahanan Rusia telah menangkap aktivitas radar rudal di Ukraina pada Kamis. 

Ini malah memunculkan teori kalau warna merah-putih-biru pesawat itu membuat Ukraina mengira itu pesawat jet Presiden Vladimir Putin. Sehingga kemudian ditembak jatuh.

Akun Twitter di Rusia malah dibanjiri dengan teori konspirasi kalau Ukraina atau Amerika Serikat terlibat dalam jatuhnya pesawat tersebut. 

Pemimpin stasiun televisi, Russia Today menulis di akun twitternya kekecewaannya karena masyarakat terburu-buru menyimpulkan apa yang terjadi. 

Namun, beberapa saat sebelumnya, ia menulis pernyataan kalau orang Ukraina yang ada di balik serangan tersebut dan malah berusaha menyalahkan pemberontak pro-Rusia. 

Namun, seorang reporter Inggris, Sara Firth muncul dan menyampaikan pesan dalam serangkaian tweet. Dia mengatakan para reporter telah terlibat dalam kebohongan. 

"Kami bekerja untuk Putin. Setiap hari kami diminta, jika tidak menolak sepenuhnya, maka mengaburkan kebenaran," katanya.

Tak lama setelah itu dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement