REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang dokter asal Norwegia yang sedang bertugas di Gaza mengatakan bahwa Israel menggunakan bom yang bisa memicu kanker terhadap warga Palestina. Demikian Dr. Erik Fosse mengatakan kepada Press TV yang dikutip oleh Miraj Islamic News Agency pada Jumat (18/7).
Fosse juga mengatakan bahwa mayoritas pasien yang dirawat di Gaza adalah warga sipil yang diserang di rumah mereka dan sekitar 30 persen diantaranya adalah anak-anak.
Fosse, seorang kepala departemen di rumah sakit universitas di Oslo, juga mengatakan bahwa sejumlah rakyat Palestina di wilayah Gaza yang diblokade telah mengalami luka-luka akibat tembakan jenis-jenis senjata yang bahkan tidak bisa diidentifikasi oleh dokter yang memiliki keahlian di daerah perang sekalipun.
Dense Inert Metal Explosive atau yang dikenal juga dengan DIME, merupakan bahan peledak kolateral rendah (LCD) yang dikembangkan Angkatan Udara Amerika Serikat. Bom DIME melontarkan pecahan mikro superpanas campuran logam berat tungsten (HMTA).
Hasil studi yang dilakukan mengindikasikan bahwa HMTA melekat pada tubuh manusia, mengganggu proses biokimia dan dapat menyebabkan kanker dengan amat cepat. Seperti halnya limbah uranium (DU), efek HMTA merusak gen dan bisa menyebabkan mutasi genetik.
Dari sisi eksplosivitas, DIME diyakini memiliki efek biologis yang kuat meskipun senjatanya tidak mematikan seketika. Korban yang terkena tembakan senjata ini menjalani amputasi lengan karena otot dan tulangnya yang tercabik-cabik. Si korban juga sangat mungkin terkontraksi kanker dari pecahan peluru yang baru bisa dirasakan empat sampai enam bulan berikutnya.