REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sebagian teori menuding para pemberontak Ukraina bagian utara berada di balik jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Meskipun begitu, pendapat lebih maju menduga pasukan Rusia adalah dalang di balik tragedi yang menewaskan 295 jiwa tersebut.
Diberitakan media Inggris Fox, para pemberontak pro-Rusia sebelumnya memang pernah menembak jatuh beberapa pesawat tempur Ukraina. Namun demikian, pesawat-pesawat tersebut berukuran kecil yang terbang dengan ketinggian rendah.
Kuat dugaan, pesawat-pesawat tersebut dihantam roket-bahu (MANPAND) berdaya jangkau 11.500 kaki yang ditembakkan para pemberontak. Mengingat ketinggian terbang MH17 di atas 33 ribu kaki, para pengamat menyimpulkan pesawat komersial nahas itu tidak jatuh karena roket bahu melainkan misil yang lebih besar.
Kecurigaan kehadiran misil berdaya jangkau jauh di sekitar Ukraina bagian timur muncul setelah pesawat tempur Antonov AN-26 milik Ukraina tertembak belum lama ini pada ketinggian 21 ribu kaki.
Sejak jatuhnya MH14, pemerintah Ukraina tidak menuduh para separatis sebagai pihak yang bertanggung jawab. Mereka sebaliknya menuduh pihak Rusia. Menurut Ukraina, misil ditembakan dari daerah Rusia di perbatasan.
Para pengamat menduga, MH17 jatuh dihantam misil darat Buk, yang dikembangkan oleh Rusia, namun juga digunakan oleh militer Ukraina. Misil Buk yang diluncurkan dari tank disebut memiliki daya jangkau 50 ribu kaki.
Jika benar MH17 jatuh oleh misil Buk, para pengamat menyebut sudah barang tentu pelakunya bukanlah para pemberontak. Karena menurut pengamat, senjata secanggih itu cukup rumit untuk dioperasikan milisi awam. C54/Andi Nurroni