REPUBLIKA.CO.ID, LIBYA -- Penyelundup bersenjata senapan dan granat roket menewaskan 15 penjaga perbatasan militer Mesir di dekat perbatasan dengan Libya. Para pejabat keamanan mengatakan, menyoroti tantangan keamanan yang berkembang untuk otoritas yang percaya militan Islam bersenjata bergerak di seluruh daerah tersebut.
Seperti dilansir Reuters Sabtu (19/7), serangan itu terjadi di Wadi al-Gadid Gubernuran, yang berbatasan dengan Sudan dan Libya. Dua penyelundup tewas dalam bentrokan dengan penjaga.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi telah berulang kali menyatakan kekhawatiran bahwa militan yang telah memanfaatkan kekacauan di Libya dan mendirikan operasi di sepanjang perbatasan menimbulkan ancaman bagi pemerintah Kairo.
Para pejabat keamanan mengatakan militan yang berbasis di kamp-kamp di atas Libya penyelundup perbatasan membayar untuk mengangkut senjata, termasuk senapan mesin, untuk kawan-kawan di Mesir, yang menghadapi pemberontakan Islamis yang berbasis di Semenanjung Sinai dekat Israel.
Penyelundup Tribal mengatakan kepada Reuters mereka mengeluarkan biaya hingga satu juta pound Mesir ($ 140.000) untuk memindahkan senjata dalam kendaraan jip di sepanjang rute padang pasir.
Lima penjaga perbatasan tewas dalam serangan serupa di daerah yang sama beberapa bulan yang lalu.
Para pejabat keamanan mengatakan militan di sepanjang perbatasan pelabuhan Libya berambisi serupa dengan kelompok yang memisahkan diri Al Qaeda yang telah menyita sebagian besar wilayah Irak, mereka ingin menggulingkan Sisi dan menciptakan kekhalifahan di Mesir.
Sisi, yang telah memperingatkan bahwa militan Islam melanda Timur Tengah menimbulkan ancaman bagi semua orang, mengatakan Mesir tidak akan membiarkan gejolak Libya yang mengancam keamanan nasional Mesir.
Menurut dua pejabat keamanan nasional Mesir, Mesir dianggap meluncurkan serangan lintas batas beberapa bulan lalu dalam upaya untuk menghancurkan militan.