Ahad 20 Jul 2014 15:01 WIB

Barat Kembali Tekan Iran Soal Program Nuklir

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Joko Sadewo
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Iran menghadapi tekanan dari negara-negara Barat agar berkompromi dalam kegiatan nuklirnya. Peringatan ini disampaikan setelah enam negara kuat dunia gagal mencapai tenggat waktu pada 20 Juli lalu untuk mengakhiri permasalahan ini.

Meskipun begitu, mereka pun masih sepakat untuk melakukan pembicaraan. Negara-negara tersebut sepakat untuk memperpanjang negosiasi selama empat bulan dan mengizinkan Iran mendapatkan dana yang dibekukan senilai 2.8 milyar dolar AS. Namun, sanksi lainnya pun masih dijatuhkan.

Dilansir dari Reuters, Jerman, salah satu negara utama yang mencoba membujuk Iran menghentikan program nuklirnya, memperingatkan bahwa perpanjangan pembicaraan ini mungkin menjadi kesempatan terakhir bagi Iran untuk meraih solusi perdamaian.

Menyuarakan pandangan beberapa wakil lainnya, seorang diplomat Barat mengatakan terdapat beberapa kemajuan yang berhasil dicapai dalam pembahasan selama hampir tiga pekan ini di Vienna. Adanya perbedaan pandangan pun belum dapat dijembatani.

“Kami tidak dapat menerima bahwa Iran masih melakukan pengayaan di tingkat ini,” katanya.

Enam negara kuat dunia menginginkan Iran untuk menurunkan program pengayaan uraniumnya guna menyakinkan bahwa Iran tidak memproduksi bom nuklir. Iran berulang kali mengatakan program tersebut dilakukan untuk perdamaian dan meminta sanksi yang dijatuhkan untuk segera dicabut.

Sebelumnya, ketegangan antara Iran dan negara Barat tersebut memicu kekhawatiran adanya perang baru di Timur Tengah. Namun, presiden Iran, Hassan Rouhani membuat kemajuan dengan mencairkan ketegangan dengan Barat sehingga tercipta negosiasi nuklir saat ini.

Pengumuman diplomasi ini dilakukan hingga 24 November yang diputuskan sehari sebelum tenggat waktu pada 20 Juli dimana Iran, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina telah menyepakatinya. “Beberapa bulan ini, hingga November, bisa menjadi kesempatan terbaik dan terakhir bagi Iran untuk mengakhiri debat program nuklir dengan damai,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement