REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel meluncurkan serangan terbaru di distrik timur Kota Gaza, Shujaiyya, Ahad (20/7) pagi. Israel juga mengatakan telah memperluas serangan darat di Jalur Gaza.
Sebanyak 44 orang tewas dan ratusan terluka di wilayah timur Kota Gaza tersebut. Petugas medis mengatakan jumlah korban tewas diperkirakan dapat meningkat, mengingat masih banyak korban yang belum ditemukan.
Warga Gaza menyebut serangan Israel saat ini sebagai pembataian terparah yang mereka lakukan. Selama 13 hari mengintensifkan serangan dan dalam tiga hari meluncurkan operasi darat, ratusan warga Palestina telah tewas.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qidra mengatakan sebanyak 400 orang korban luka-luka di Shujaiyya telah dibawa ke Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Kota Gaza. Puluhan korban tewas dalam serangan di wilayah itu hingga saat ini dilaporkan belum teridentifikasi seluruhnya. Seorang wartawan foto bernama Khalid Hamid dan paramedis Fuad Jabir diketahui berada di antara korban yang tewas.
Korban dalam serangan kali ini juga diketahui adalah keluarga dari salah satu pemimpin senior Hamas, Khalil al-Hayya. Istri serta anak-anak Khalil menjadi korban dalam serangan yang diintensifkan Israel. Selain itu, Osaman Khalil al-Hayya yang juga anggota keluarga Khalil diidentifikasi sebagai korban.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qidra mengkonfirmasi nama-nama para korban yang telah disebutkan sebelumnya. Ia mengatakan, sejak Ahad dini hari Israel semakin mengintensifkan serangan ke rumah-rumah penduduk Palestina di Jalur Gaza.
Dalam serangan di Shujaiyaa ini, Israel juga dilaporkan telah mempersulit petugas medis untuk melakukan evakuasi kepada para korban. Kementerian Kesehatan Palestia yang berkoordinasi bersama Komite Palang Merah Internasional mengaku kesulitan untuk menyelamatkan para korban yang berada di wilayah tersebut.
"Pasukan Israel mengatakan pada Komite palang Merah bahwa Shujaiyya adalah zona tertutup karena operasi militer mereka," ujar Al-Qidra, dilansir Maan News, Ahad (20/7).
BBC melaporkan, kepanikan melanda warga di Kota Gaza setelah Israel terus menggempur wilayah tersebut melalui serangan udara. Ratusan warga pergi meninggalkan rumahnya dengan berjalan kaki. Sebagian juga melarikan diri dengan menaiki truk dan mobil-mobil yang ada. Mereka bahkan menaiki atap-atap mobil agar bisa mengangkut mereka.