REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Kabinet Jordania pada Ahad (20/7) mengutuk Israel karena membunuh lebih dari 40 orang Palestina di Sheja'iya di bagian timurlaut Jalur Gaza, dan mencapnya sebagai pembantaian, kata kantor berita resmi Yordania, Petra.
"Jordania mengutuk pembantaian keji yang dilakukan Israel di Sheja'iya di Jalur Gaza. Jordania, pemimpinnya dan warganya mendukung rakyat Palestina dalam menghadapi agresi Israel," kata kabinet Jordania di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Antara di Jakarta, Senin (21/7) pagi.
Jordania menekankan perlunya bagi gencatan senjata segera guna menyelamatkan nyawa warga sipil Palestina, dan menambahkan Amman akan terus memberi dukungan dan bantuan buat rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Pada Ahad, Israel menyetujui gencatan senjata dua-jam mulai pukul 13.30 waktu setempat (17.30 WIB). Seruan gencatan senjata disampaikan melalui Komite Palang Merah Internasional guna memungkinkan tim medis di Jalur Gaza mengungsikan korban tewas dan cedera ke rumah sakit.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyeru Dewan Keamanan PBB agar mengadakan sidang darurat guna membahas agresi militer yang sedang berlangsung secara besar di Jalur Gaza.
"Kegagalan Dewan Keamanan untuk membuat keputusan mengenai diakhirinya pembantaian terhadap rakyat kami tak membebaskannya dari tanggung jawabnya sejalan dengan hukum internasional," kata Abbas dalam pidato yang ditayangkan televisi. "Oleh karena itu, saya menyeru Dewan Keamanan untuk mengadakan pertemuan darurat lagi malam ini."
Abbas juga mengatakan situasi di Jalur Gaza "tak tertahankan". Ia menyeru Kuartet Internasional untuk mengemban tanggung jawabnya pada saat sangat kritis ini "bagi perlindungan segera rakyat kami".
Presiden Palestina tersebut juga menyeru semua pihak agar "lebih bertanggung jawab dan menjaga keselamatan rakyat Palestina dan menjauhkan mereka dari semua konflik politik regional serta internasional".