Senin 21 Jul 2014 15:40 WIB

Kepala Penyelidikan MH370 Australia Pimpin Penyelidikan MH17

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Petugas sedang mencari tubuh korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh karena diduga ditembak
Foto: reuters
Petugas sedang mencari tubuh korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh karena diduga ditembak

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kepala Angkatan Udara Australia Marshal Angus Houston memimpin operasi penyelidikan MH17. Houston sebelumnya juga memimpin pencarian hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 di Samudera Hindia.  

Dilansir dari Bernama, Pusat Koordinasi Badan Gabungan Australia (JACC) mengatakan Houson telah ditunjuk sebagai wakil khusus perdana menteri dan akan memimpin upaya Australia dalam penyelidikan, identifikasi, dan pemulangan para korban warga Australia dalam kecelakaan MAS MH17 di Ukraina.  

“Ia akan tetap di Ukraina selama dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas,” kata JACC dalam pernyataannya.

Dilaporkan,terdapat 27 warga Australia di dalam pesawat tersebut. Pesawat Boeing 777 diyakini ditembak jatuh, namun tak ada satu pun kelompok yang mengaku bertanggung jawab.  

JACC mengatakan jika penyelidik internasional dapat mengakses lokasi kejadian, Houston akan berkoordinasi dengan konsuler, diplomatik, serta penyelidik lokasi insiden Australia di Ukraina.

“Ia akan bekerja dengan pemerintah lokal dan internasional dalam dukungan konsuler kepada para keluarga korban di Australia, identifikasi korban bencana serta bekerja sama dalam penyelidikan bencana itu sendiri,” tulis pernyataan.  

Badan tersebut mengatakan prioritas utamanya adalah menemukan kembali korban lainnya dan mendapatkan akses yang berkelanjutan serta untuk mendapatkan keamanan di lokasi kejadian. Dalam kerjasamanya dengan pemerintah Ukraina, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan mitra internasional lainnya, Houston akan memastikan penyelidikan penuh atas kejadian ini.  

Pemerintah Australia sejauh ini mengerahkan 45 pejabat untuk membantu, diantara mereka adalah 20 personel dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan, 20 Petugas Kepolisian Federal Australia, dua penyelidik Biro Keamanan Perhubungan Australia, dan tiga pejabat pertahanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement