REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Anak-anak menjadi korban utama dalam pertempuran di Gaza. Seiring meningkatnya kekerasan Israel di wilayah itu, anak-anak terancam mengalami tidak hanya luka fisik, namun psikologis.
UNICEF memperkirakan sebanyak 121 anak telah tewas sejak Israel mengintensifkan serangan, yang dimulai sejak 8 Juli lalu. Lebih dari 80 diantaranya adalah anak-anak yang masih berusia 12 tahun atau bahkan di bawahnya.
Jumlah tersebut dikatakan sebagai yang tertinggi, selama bertahun-tahun Israel melakukan operasi militer di Gaza.
UNICEF menekankan, tidak ada tempat aman bagi anak-anak dalam peperangan Israel dan Palestina. Anak-anak terus menjadi korban, terlebih mereka harus hidup dalam ketakutan akan perang dan kehilangan keluarganya.
"Tidak ada tempat berlindung yang aman bagi anak-anak Gaza saat ini. Mereka semua yang masih dapat bertahan hidup juga harus menghadapi trauma psikologis jangka panjang," ujar Ivan Karakashian, kordinator di bidang pertahanan untuk anak-anak internasional kepada Maan News, Senin (21/7).
Dengan lebih dari setengah penduduk Gaza berusia di bawah 18 tahun, anak-anak dapat dipastikan menjadi korban utama serangan militer Israel.
Tidak hanya itu, UNICEF mencatat lebih dari 72 ribu anak-anak di Gaza membutuhkan dukungan secara psikologis dan sosial. Namun, hingga saat ini tim yang tersedia di Gaza untuk melakukan hal itu, harus menghadapi ancaman Israel yang membatasi ruang gerak mereka.