Rabu 23 Jul 2014 20:59 WIB

Jenazah Pertama Korban MH17 Diterbangkan ke Belanda

Rep: c92/ Red: Bilal Ramadhan
Karangan bunga diletakan di perkarangan rumah korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh
Foto: reuters
Karangan bunga diletakan di perkarangan rumah korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh

REPUBLIKA.CO.ID, EINDHOVEN-- Jenazah pertama korban MH17 akhirnya diterbangkan dengan pesawat kargo yang akan membawa mereka ke Belanda. Jenazah tersebut diterbangkan ke Eindhoven untuk dilakukan proses identifikasi. Proses ini bisa menempuh waktu berbulan-bulan.

Dua pesawat militer akan membawa beberapa jenazah ke Einhoven sore ini.  Jenazah ini akan disambut oleh para bangsawan, Perdana Mentri Belanda Mark Rutte, dan para kerabat korban. Pemerintah Belanda menyatakan hari ini sebagai hari berkabung nasional.

Pemerintah mengadakan hening satu menit sebelum jenazah korban diberangkatkan. Raja dan ratu Belanda rencananya  akan memimpin pelayat korban pertama yang dipulangkan hari ini. Sementara itu, Daily Mail melansir adanya kekhawatiran hilangnya sepertiga jumlah jenazah selama dalam perjalanan dengan kereta api dari Donetsk ke Kharkiv.

Berdasarkan hasil penghitungan pejabat Belanda, hanya 200 mayat ditemukan di kereta tersebut. padahal, pemberontak mengklaim telah menempatkan 282 pesawat dan 87 potongan tubuh dari 16 korban MH 17. Setelah tiba di Eindhoven, jenazah akan dibawa ke barak militer Kaporaal van Oudheusden di Hilversum, sekitar 65 mil dari kota Eindhoven.

"Secepatnya seorang korban diidentifikasi, keluarga akan dihubungi dan tidak ada yang lain. Ini bisa membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan, "kata Rutte.

Di Utrecht, 150 orang yang tergabung dalam tim penyelidik akan bersama-sama memulai tugas untuk mengidentifikasi para korban. Mereka termasuk polisi, personil militer, dokter gigi forensik dan petugas medis lainnya, yang telah bertugas mengumpulkan sampel dari kerabat dekat di seluruh negeri untuk membantu mengidentifikasi 193 korban dari Belanda.

Jos van Roo, pemimpin tim dari tim investigasi nasional Belanda (LFTO) mengatakan kepada Wall Street Journal, "Kami telah mengumpulkan sampel DNA, rambut, sidik jari, informasi tentang bekas luka atau tato atau tahi lalat."

Dia mengatakan informasi ini akan diserahkan kepada Institut Forensik Belanda (NFI). Mereka akan menggunakan perangkat lunak canggih yang disebut Bonaparte untuk mencocokkan sampel  keluarga dengan para korban.

NFI mengatakan proses ini selesai sekitar 30 hari dalam penyelidikan kecelakaan pesawat di Libya tahun 2010, yang menewaskan 104 orang. Namun, karena jumlah jenazah yang harus diperiksa hampir tiga kali lipat, penelitian ini bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement