Kamis 24 Jul 2014 14:34 WIB

Hamas: Blokade Harus Diakhiri Sebelum Gencatan Senjata

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Bangunan di Gaza hancur akibat serangan udara Israel.
Foto: EPA/Mohammed Saber
Bangunan di Gaza hancur akibat serangan udara Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY– Pemimpin kelompok Hamas menyebutkan tak akan ada gencatan senjata di Gaza jika blokade Israel tidak dihentikan. Khaled Meshaal mengatakan Hamas akan tetap menolak gencatan senjata hingga persyaratan tersebut disetujui.

Usulan gencatan senjata ini disampaikan setelah serangan udara Israel dan serangan darat di Gaza masih berlanjut. Hamas pun membalasnya dengan melakukan serangan roket. Dalam prasayarat penghentian blokade ekonomi Gaza selama delapan tahun, Meshaal juga meminta dibukanya perbatasan perlintasan Rafah dengan Mesir serta pembebasan para tahanan Palestina.

“Kami tidak akan menerima gencatan senjata apapun yang tidak mencabut blokade warga kami dan tidak menghormati pengorbanan kami,” kata Khaled Meshaal di Qatar pada Rabu, dilansir dari BBC.

Namun, tambahnya, kelompoknya tidak akan menutup pintu adanya gencatan senjata kemanusiaan. “Kami perlu ketenangan selama beberapa jam untuk mengevakuasi orang-orang yang terluka dan membantu menyembuhkannya,” katanya.

Meshaal pun meminta dunia internasional untuk mengirimkan obat-obatan, bahan bakar, dan pasokan lainnya ke gaza. Israel melancarkan roket militernya pada 8 Juli guna menghentikan tembakan dari Gaza.

Setidaknya berdasarkan laporan BBC, sebanyak 649 warga Palestina dan 32 warga Israel tewas dalam konflik ini. Tiga warga sipil Israel juga dinyatakan tewas. Sebelumnya, pejabat tinggi HAM PBB, Navy Pillay, mengecam tindakan militer Israel ke Gaza.

Israel menjatuhkan pembatasan di Jalur Gaza pada 2006 setelah Hamas menculik tentara Israel Gilad Shalit. Langkah tersebut kemudian diperketat kembali oleh Israel dan Mesir pada 2007 setelah Hamas menggulingkan musuhnya Fatah dan menguasai Gaza setelah memenangkan pemilu.

Hamas dan Fatah mengumumkan rekonsiliasi pada April lalu. Namun kemudian, langkah tersebut dikecam oleh Israel yang menganggap Hamas sebagai kelompok teroris. Sementara itu, para saksi mata mengatakan sekitar lima ribu warga Palestina mengungsi dari desa Khuzaa, di selatan setelah Israel menggempur wilayah tersebut.

Sumber dari medis Palestina mengatakan jumlah korban yang tewas pun semakin bertambah pada Rabu. Kepolisian Israel mengatakan pekerja asing juga tewas ketika sebuah roket ditembakkan dari Gaza di dekat kota Ashkelon pada Rabu.

Sedangkan, pejabat Palestina mengatakan delapan pejuang Palestina tewas dalam pertarungan dengan pasukan Israel di pinggiran Khan Younis. Dalam pernyataan terpisah. Dewan Keamanan PBB di Jenewa memutuskan akan melakukan penyelidikan resmi mengusut kejahatan perang di Gaza.

Langkah ini dikecam oleh kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sebelumnya, menteri peradilan Israel, Tzipi Livni, mengatakan langkah yang diambil negaranya berdasarkan hukum internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement