Kamis 24 Jul 2014 17:38 WIB

Duh, tak Ada Tempat Bersembunyi di Gaza (2)

Rep: c66/c83/c92/ Red: Damanhuri Zuhri
Bangunan yang hancur akibat serangan udara zionis Israel di Gaza
Foto: Reuters/Mohammed Salem
Bangunan yang hancur akibat serangan udara zionis Israel di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID,

Sedikitnya 121 anak-anak terbunuh akibat serangan Israel.

Dalam 24 jam terakhir, 28 anak-anak dinyatakan tewas. Sebanyak 20 di antaranya berasal dari Kota Shujaiyyah yang dikepung Israel. Menurut UNICEF, sepertiga dari korban sipil merupakan anak-anak.

“Ini merupakan angka tertinggi kematian anak-anak sejak adanya Operation Cast Lead. Ini merupakan angka yang besar dan meningkat, dan lebih mengkhawatirkan, 76 anak-anak tewas dalam tiga hari,” kata Ivan Karakashian dari Pertahanan Anak-anak Internasional Seksi Palestina.

Pada 16 Juli, empat anak-anak berusia sembilan hingga 11 tahun telah tewas akibat gempuran militer Israel. Saat itu, mereka tengah bermain di pantai di Kota Gaza, yang merupakan salah satu wilayah terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak dan orang dewasa.

Beberapa hari kemudian, tiga anak-anak berusia sekitar 7 hingga 10 tahun tewas ketika memberi makan bebek di atap rumah mereka di Kota Gaza.

Pada Senin, 5 anggota keluarga al-Yaziji, 9 keluarga al-Qassas, 11 keluarga Siyam, dan sedikitnya 26 anggota keluarga Abu Jami dilaporkan tewas.

“Tak ada tempat yang aman bagi anak-anak saat ini, tak ada tempat yang aman juga untuk melarikan diri. Israel mengatakan akan melakukan target operasi, menyerang dengan hati-hati, tetapi kondisi ini sangat sulit untuk dimengerti ketika Anda mengetahui banyaknya korban wanita dan anak-anak,” jelas Karakashian.

Monica Awad, juru bicara UNICEF, mengatakan, 72 ribu anak-anak sangat membutuhkan dukungan psikologi sosial. Namun, lima tim mereka di Gaza menghadapi rintangan dan terancam menjadi target militer Israel.

Lebih dari 1,2 juta orang tidak bisa mendapatkan air karena rusaknya pipa dan listrik yang sering padam. Awad mengatakan, anak-anak berisiko menderita karena kekurangan air atau menderita penyakit yang berhubungan dengan air.

Di sisi Israel, mereka hanya kehilangan 29 orang yang terdiri dari 27 tentara dan dua sipil. Meski demikian, itu merupakan korban terbesar dibandingkan serangan 2008 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement