Ahad 27 Jul 2014 19:18 WIB

Presiden Prancis Janji Bawa Pulang Korban Air Algerie AH5017

Rep: c87/ Red: Mansyur Faqih
Francois Hollande
Foto: ap
Francois Hollande

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prancis, Francois Hollande berjanji membawa pulang mayat 118 orang yang tewas di pesawat Air Algerie yang jatuh di Mali.

Seperti dilansir BBC, Sabtu (26/7), Hollande mengatakan hal itu setelah dia bertemu keluarga korban di Paris. Sebanyak 54 warga Prancis yang berada dalam pesawat dengan nomor penerbangan AH5017 tersebut tidak ada yang selamat. 

Pesawat tersebut terbang dari Ouagadougou ibu kota Burkina Faso menuju Aljazair. Sebelumnya, tim pencari PBB menjelajahi tempat kejadian yang terpencil kemudian menemukan perekam data penerbangan dari pesawat. 

Kantor kepresidenan menyatakan, tiga hari berkabung nasional di Prancis harus ditaati pada Senin. 

Di antara rombongan yang berada di penerbangan AH5017, 10 orang dari keluarga yang sama. Aljazair sudah menuruti tiga hari berkabung atas kecelakaan itu. 

Hollande mengatakan akan membuat peringatan di lokasi kecelakaan tersebut. Sehingga keluarga yang ingin berkunjung bisa mengunjungi situs tersebut. 

Sebelumnya pengendali lalu lintas udara kehilangan kontak dengan pesawat pada Kamis pagi setelah pilot melaporkan adanya badai pasir yang parah. 

Pesawat jenis McDonnell Douglas MD-83 tersebut telah disewa dari maskapai Spanyol Swiftair. Pesawat tersebut terbang dari ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou, ke Aljazair. 

Mendagri Prancis, Bernard Cazeneuve kepada jaringan radio Prancis RTL, Jumat (25/7) mengatakan, pesawat itu hancur pada saat jatuh. 

"Kami pikir pesawat jatuh karena alasan terkait dengan kondisi cuaca. Meski pun tidak ada teori yang dapat dikecualikan pada saat ini," katanya.

Informasi dari maskapai Air Algerie mengatakan kontak dengan pewasat bernomor penerbangan AH 5017 itu hilang sekitar 50 menit setelah lepas landas dari Ouagadougou pada Kamis pagi. Pilot telah menghubungi menara kontrol Niger di Niamey di sekitar pukul 01:30 GMT untuk mengubah arah karena badai pasir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement