REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Maskapai penerbangan asal Australia, Qantas pada Selasa (29/7) mengatakan akan tetap terbang melintasi wilayah udara Irak. Keputusan ini tak mengikuti maskapai lainnya seperti Air Emirates yang memutuskan mengubah jalur karena khawatir serangan roket para jihad. Terlebih setelah adanya kasus kecelakaan pesawat MH17.
Qantas mengatakan sudah tidak lagi terbang di atas Suriah karena dianggap tidak aman. Tetapi, mereka beranggapan tidak ada informasi yang menyatakan riskan untuk terbang di atas Irak.
"Qantas adalah salah satu dari banyak penerbangan yang sekarang melintas di atas Irak untuk juruan Eropa," kata kepala pilot penerbangan itu, Dick Tobiano.
Penerbangan itu mengatakan, ketinggian rata-rata penerbangan di kawasan Timur Tengah adalah 38.000 hingga 41.000 kaki, jauh di atas saran Pengelola Penerbangan Amerika Serikat yaitu 20.000 kaki.
"Qantas tidak akan menjanjikan penumpang dan awak untuk terbang di suatu kawasan yang kami tahu tidak aman," kata Tobiano.
"Kami akan terus memantau keadaan dengan seksama dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan keamanan para penumpang," tambahnya.
Risiko terbang di atas kawasan pertempuran menjadi perhatian setelah penerbangan Malaysia Airlines MH17 yang mengangkut 298 penumpang dan awak ditembak jatuh diduga oleh gerilyawan di Ukraina timur.