REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) telah menunjukkan kesiapan menerima gencatan senjata. Sementara itu, Washington mengatakan Israel telah meminta bantuan dalam menenangkan konflik 22 hari yang membunuh hampir 1.200 orang di wilayah tersebut.
Namun, pemerintah Israel tetap diam dan melakukan pembomban Selasa (29/7) kemarin. Mentri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry mengatakan, Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu meminta bantuan langsung dari Amerika untuk menengahi gencatan senjata.
“Kemarin malam kami berbicara dan perdana mentri mengatakan pada saya tentang ide dan kemungkinan adanya gencatan senjata. Dia sepakat dengan saya dan dia konsisten dengan itu.” kata Kerry.
Diplomat top Amerika Serikat menambahkan, Netanyahu mengatakan akan melakukan gencatan senjata jika memungkinkan Israel melindungi diri dari terowongan (militan Palestina) dan jelas tidak dirugikan dengan pengorbanan besar yang telah mereka buat selama ini.”
Pemerintah Israel tidak memberikan komentar apapun tentang hal ini. Sekretaris Jendral PLO Yasser Abed Rabbo mengatakan, setelah melakukan perundingan dengan Hamas dan Jihad Islam, dua kelompok militan di Gaza, ada keinginan melakukan gencatan senjata demi kemanusiaan selama 24 jam.”
Delegasi bersama yang diketuai Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan datang ke Kairo sebagai tindak lanjut perundingan ini. “Ini bukti bahwa kita punya Palestina yang bersatu.” kata Abed Rabbo. “Delegasi ini akan datang ke Kairo di bawah payung PLO yang diwakili oleh Presiden Mahmoud Abbas.”
Hamas mengatakan, sejauh ini belum disetujui adanya gencatan senjata baru dan mereka masih menunggu Israel untuk melakukan langkah pertama. “Jika ada komitmen Israel...untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan, kami akan mengkajinya. Tapi kami tidak akan pernah memulainya selama kependudukan terus saja membunuh anak-anak kami,” juru bicara Hamas Sami Abu Zukhri mengatakan hal tersebut di akun Facebooknya.
Kepala gerakan sayap militer Mohammed Deif menegaskan posisinya. “Tidak ada gencatan senjata tanpa dihentikannya agresi dan diakhirinya pembantaiannya,” kata dia seperti disiarkan radio dan televisi Hamas.
Serangkaian gencatan senjata dalam beberapa hari terakhir telah gagal dilakukan karena kedua pihak tampak yakin untuk berperang dibanding sebelumnya. PBB mengatakan serangan Israel yang dimulai 8 Juli lalu telah membunuh 1.190 warga Palestina yang kebanyakan warga sipil dan melukai lebih dari 7.000 orang. Sementara itu, 56 warga Israel tewas, terdiri dari 53 tentara dan 3 warga sipil.