Rabu 30 Jul 2014 14:33 WIB

Gadis Gaza: Aku Bisa Bertahan Hidup Malam Ini! Aku Hidup!

Rep: c92/ Red: A.Syalaby Ichsan
Twitter Farah Baker
Foto: Twitter
Twitter Farah Baker

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gadis remaja berusia 16 tahun asal Palestina, Farah Baker, seharusnya menikmati libur sekolah pada musim panas kali ini.

Namun, ia justru menghabiskan malam-malam yang mengerikan dengan menyaksikan serangan udara dan kilatan-kilatan roket di sekitar lingkungannya di Gaza. Sementara itu, orang tuanya berusaha menenangkan dua saudara perempuannya.

Baker memiliki banyak kesamaan dengan ribuan remaja Palestina di daerah perbatasan pantai. Di wilayah tersebut, usia rata-rata mereka 17 tahun. Lewat akunnya @Farah_Gazan, gadis ini menjadi terkenal pekan ini di Twitter setelah mengirimkan pesan-pesan, video, serta gambar yang menunjukkan perasaan ngeri dan ketakutannya. Tindakannya ini sontak menggandakan jumlah follower-nya hingga 39.000 orang.

Farah berkicau setelah menghadapi salah satu malam terberat dari serangan tiga minggu yang dilancarkan Israel. Pagi harinya, ia menuliskan, “AKU BISA BERTAHAN HIDUP MALAM INI!! AKU HIDUP!!”

Selasa (29/7), Farah berbicara kepada NBC News, “Saya sering mengatakan bahwa perang tahun 2008 adalah yang terburuk yang pernah terjadi. Tapi setelah tadi malam, saya mengatakan ini adalah yang terburuk. Saya benar-benar merasa sepertinya saya bisa mati setiap saat,” kata Farah. “Aku benar-benar berpikir aku akan mati.”

 “Dia saudara perempuan saya, yang berusia 14 dan 6 tahun, berdiri di ruangan memeluk ibuku. Setiap kali mereka mendengar bom-bom itu, mereka mulai berteriak untuk meredam kebisingan – tapi suara itu terlalu keras.”

Tweet-tweet Baker yang penuh emosi menarik perhatian besar dari khalayak. Menurut TwitterCounter.com yang dikutip NBC News, dia memiliki 3.789 follower pada 23 Juli. namun, jumlah tersebut meningkat dengan bertambahnya sekitar 16.000 follower pada  Selasa (27/7).

Baker telah melalui dua serangan Israel di Gaza, tahun 2008 dan 2012. Keduanya diklaim Israel sebagai upaya meredam tembakan roket di daerah perbatasan. Serangan saat ini telah menewaskan sekitar 1.200 orang Palestina. Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil yang terdiri dari wanita dan anak-anak. 53 warga Israel tewas, sebagian besar adalah tentara.

Sebagian besar dari 1,8 juta penduduk Gaza memiliki teman atau anggota keluarga yang terluka atau terbunuh. Baker pun demikian. Dia berteman dengan empat anak laki-laki yang tewas ketika ranjau angkatan laut Israel menghantam pantai awal bulan ini.

Ibunya juga terluka ketika sebuah ledakan di Rumah Sakit al-Shifa menyebabkan kaca hancur dan melukai tangannya. Ketika itu ibunya sedang berada di balkon rumah mereka.  “Saya tidak keluar rumah. Di luar tidak aman.” kata Baker. “Selama gencatan senjata saya bisa pergi dan mengunjungi beberapa teman, tapi selain itu saya tinggal di rumah.”

Banyaknya warga sipil yang tewas di Gaza telah menyebabkan kecaman dari berbagai organisasi internasional, termasuk pejabat HAM PBB yang memeringatkan bahwa Israel mungkin melakukan kejahatan perang.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement