REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Jumlah korban meninggal akibat serangan Israel terus meningkat di Kota Gaza. Puluhan orang meninggal dunia hari ini, Rabu (30/7) setelah tentara Israel membom sebuah sekolah PBB dan beberapa masjid di sekitar pantai.
Pejabat kesehatan mengatakan 16 orang meninggal dalam serangan di Sekolah Abu Haseen di Jebaliya, Kota Gaza sebelah utara. Sementara itu, sebuah serangan di pusat kota Khan Younis menewaskan 10 orang dalam satu keluarga.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra mengatakan lebih dari 1.255 meninggal dunia dan lebih dari 7.000 orang luka-luka. Lebih dari 10 persen populasi, sekitar 200 ribu orang tinggal di kamp pengungsi UNRWA.
Para pejabat PBB mengatakan mereka ada di titik puncak. Orang-orang yang selamat dari sekolah PBB Abu Haseen di Jebaliya kini tidur di jalanan. Mereka tinggal di kamp pengungsi PBB setelah diberitahu untuk meninggalkan rumah mereka sebelum Israel menyerang.
Kementerian Dalam Negeri Gaza telah meminta PBB melindungi pengungsi dan tidak tinggal diam atas kejahatan Israel. seorang juru bicara militer Israel mengatakan militer sedang menyelidiki insiden itu.
Setidaknya sembilan orang dari keluarga Astal tewas dalam sebuah serangan di Khan Younis hari ini. beberapa masjid besar di Gaza juga diserang oleh tentara Israel dari udara. Masjid Swsi dan Masjid Khalil al-Wazir dibom, mengakibatkan beberapa keluarga di sekitar area tersebut terluka.
Bank Islam Nasional tak luput dari serangan udara Israel di Jalan Nasser, Kota Gaza. Seorang gadis berkebutuhan khusus berusia 11 tahun meninggal dunia di Gaza utara ketika tentara Israel menembakan artileri ke rumahnya.
Banyak anggota keluarganya terluka dalam serangan tersebut. Beberapa apartemen juga dibom di sepanjang Jalur Gaza. Serangan terakhir terjadi di menara Farra, Khan Younis.
Telah terjadi lebih dari 6.320 serangan dari Israel di Gaza sejak mereka memulai operasi membabi buta sejak 7 Juli. lebih dari 7.450 rumah hancur total maupun sebagian dalam pemboman tersebut.
Ada krisis air yang terus mengancam Gaza. Pemboman pembangkit listrik juga berarti bahwa warga tidak dapat menggunakan air atau menjalankan kulkas di rumah mereka untuk menjaga makanan tetap segar. Ini memaksa orang mengunjungi pasar untuk membeli makanan, menantang bahaya di luar rumah mereka.