REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ketegangan antara Israel dan Palestina memicu keinginan pelajar Israel belajar tentang Arab, baik pengetahuan maupun Bahasa Arab. Jumlah pelajar Israel yang sudah mendaftar belajar tentang dunia Arab ini naik 140 persen sejak "Operasi Perlindungan Perbatasan" digelar Israel.
"Konflik di Judea dan Samaria, kekerasan antara Yahudi dan Arab, baik di Israel maupun di jalur Gaza, telah meningkatkan kesadaran warga kami (Yahudi) untuk memahami bahasa tetangga kami ini (Arab)," kata Miri Ishmael Sasson, CEO Sekolah Bahasa Berlitz Israel, seperti dikutip Haarezt, Kamis (31/7).
Sasson menyalahkan sistem pendidikan Israel yang dia katakan telah gagal mengajari pelajar tentang dunia Arab. Sebagai hasilnya, tidak ada satu orang pun yang menjelaskan kebijakan-kebijakan Israel kepada mereka yang memerlukannya, dalam hal ini bangsa Arab.
Kaum pelajar Israel mengaku lelah dengan konflik berkepanjangan di Palestina. Para pelajar ini memprotes agresi militer Israel dan gerakan Zionis yang terus merebut tanah-tanah Palestina.
Sasson mengatakan para pelajar ingin berpartisipasi dalam menciptakan perdamaian bagi kedua bangsa, Arab dan Yahudi. Sebagai protes atas buruknya sistem pendidikan Israel dan agresi Zionis yang brutal, para pelajar ini pun memilih belajar Bahasa Arab.