REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Malaria yang kebal dan tahan terhadap obat kini menyebar di Asia Tenggara. Nyamuk ini dianggap akan mengancam upaya untuk mengendalikan malaria.
Jurnal AS New England Journal of Medicine menjelaskan satu analisis sampel darah dari 1.240 pasien malaria di 10 negara di seluruh Asia dan Afrika menunjukkan obat anti malaria yang paling efektif yakni artemisinin tak lagi ampuh.
Hal itu dapat dilihat di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Kamboja, Thailand, Vietnam serta bagian timur Myanmar. Selain itu, Laos Selatan dan Kamboja Timurlaut.
Yang menjadi keprihatinan khusus ialah perbatasan Kamboja-Thailand. Padahal dulunya tempat tersebut dijadikan lokasi untuk mengembangkan ketahanan terhadap dua obat lain anti-malaria.
"Ada kemungkinan untuk mencegah penyebaran parasit malaria yang kebal terhadap artemisinin di seluruh Asia dan kemudian ke Afrika dengan memusnahkan mereka. Tapi kesempatan itu menutup dengan cepat," kata penulis senior studi tersebut, Nicholas White, seorang Profesor Obat Tropis di University of Oxford, di dalam satu pernyataan.
"Pendekatan konvensional pengendalian malaria takkan cukup. Kita perlu melakukan tindakan yang lebih radikal dan membuat ini jadi prioritas kesehatan masyarakat global, tanpa penundaan," kata White.
Studi tersebut dilakukan di 15 lokasi percobaan di Asia Tenggara dan Afrika antara Mei 2011 dan April 2013.