Kamis 31 Jul 2014 15:57 WIB

Ini Kata Azyumardi Azra Tentang Syarat Perdamaian Palestina Israel

Rep: c57/ Red: Maman Sudiaman
Prof Dr Azyumardi Azra.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Prof Dr Azyumardi Azra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‪Pakar Islam Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, menyatakan gencatan senjata permanen antara Palestina-Israel dapat terwujud jika perdamaian permanen di antara kedua bangsa dapat terwujud.

"Perdamaian Palestina-Israel hanya bisa dicapai jika bangsa Palestina (Hamas dan Fatah-red) dapat bersatu secara permanen," tutur Azyumardi kepada ROL, Kamis (31/7) pagi.

Persyaratan lainnya, ujar Azyumardi, negara-negara Arab dan Iran harus bisa sepakat untuk menyelesaikan masalah Palestina secara damai. Jadi, Palestina dan Israel harus saling mengakui eksistensi masing-masing melalui solusi penyelesaian dua negara (two states solution).

Azyumardi pun menyatakan PBB, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan negara-negara Arab, Turki serta Iran harus lebih aktif memberikan tekanan kepada Israel. "Israel harus segera menghentikan brutalnya operasi militer di jalur Gaza dan pendudukan di Tepi Barat serta seluruh wilayah Palestina lainnya," tegas Azyumardi.

 

Menurut Azyumardi, Pemerintah Indonesia juga bisa lebih aktif dalam membantu penyelesaian masalah Palestina. Beberapa tahun lalu, di masa Menlu Nur Hassan Wirajuda, pemerintah RI pernah berusaha mendamaikan Hamas dan Fatah dengan mengundang delegasi kedua belah pihak ke Jakarta dan Bogor.

Namun, usaha itu tidak pernah dilakukan lagi. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Muhammad Jusuf Kalla (JK) nanti harus memberikan prioritas khusus terkait kebijakan luar negeri Indonesia untuk membantu penyelesaian masalah Palestina.

Azyumardi berpendapat rencana untuk membuka kantor perwakilan/ Kedutaan RI di Ramallah, Palestina, sangat strategis ke arah pencapaian perdamaian di antara kedua belah pihak.

Selain itu, Indonesia harus memberikan lebih banyak bantuan di bidang kemanusiaan, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan kepada Palestina.

Jumlah mahasiswa Palestina penerima beasiswa Indonesia pun harus semakin diperbanyak. Misalnya, saat ini beberapa orang Palestina belajar di Fakultas Kedokteran UIN Jakarta dan beberapa universitas lain.

Indonesia memiliki bobot yang cukup kuat untuk memainkan peran penengah antara Palestina dan Israel. Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, jelas Azyumardi,Indonesia dipandang berhasil menerapkan demokrasi secara damai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

Akibatnya, Indonesia sangat dihormati dan disegani kedua belah pihak dan pihak-pihak lain di Timur Tengah dan dunia internasional lainnya. "Saat ini tinggal kemauan, kebijakan dan aksi kongkrit pemerintah SBY dan pemerintah baru Indonesia untuk memainkan peran itu," ungkap Azyumardi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement