Kamis 31 Jul 2014 18:07 WIB

Juru Bicara PBB Menangis di TV Ceritakan Serangan Gaza

Rep: c92/ Red: Esthi Maharani
UNRWA
Foto: www.prc.org.uk
UNRWA

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Chris Gunness adalah juru bicara PBB yang mengoperasikan sejumlah sekolah dan tempat penampungan pengungsi di jalur Gaza. Rabu (30/7) lalu, salah satu sekolah PBB lagi-lagi dibom dan menyebabkan 15 orang meninggal dunia. Mereka adalah warga yang terusir dari rumah mereka dan mencari keamanan di kamp pengungsi PBB.  

Di akhir wawancara dengan Al Jazeera Arab, emosi Gunness tiba-tiba  pecah. Ia terisak-isak ketika wawancara tersebut disimpulkan. Setelah acara tersebut disiarkan, Gunness berbicara kepada Buzzfeed, mengatakan bahwa UNRWA benar-benar kewalahan. Ia juga mengatakan lima petugas meninggal dunia di Gaza.

“Saya tidak terkuras secara emosi,” kata Gunness. “Saya tegar, seperti kata nenek saya dari Inggris.”

Gunness mengatakan kepada BuzzFeed agar orang-orang yang melihatnya menangis di TV tidak salah menempatkan empati mereka.

“Perasaan saya sangat tidak penting dibandingkan besarnya tragedy yang dihadapi tiap orang di Gaza saat ini. sangat penting untuk memanusiakan statistik yang ada, dan menyadari bahwa ada manusia dengan hati dan jiwa mereka dibalik setiap angka yang tidak boleh dilupakan.”

Rabu (30/7), Gunness berkicau di Twitter bahwa 219.657 pengungsi Palestina tinggal di kamp UNRWA. Banyak warga Gaza ini datang setelah Israel memerintahkan mereka mengevakuasi diri dari rumah-rumah mereka.

Dalam pernyataan yang dirilis Rabu pagi, Komisaris Jendral UNRWA Piere Krauhunbuehl mengatakan, sekolah PBB telah diserang enam kali selama konflik ini. Serangan di sekolah dasar wanita di Jebaliya tampak telah dilakukan dengan artileri Israel.

Seperti halnya serangan di situs-situs PBB lain, Krauhenbuehl mengatakan tentara Israel telah diberitahu tentang lokasi penampungan mereka. Dalam kasus di Jebaliya, UNRWA mengatakan telah memeringatkan tentara Israel sebanyak 17 kali.

“Kami bergerak dalam tindakan kemanusiaan sendiri,” kata Krauhenbuehl. “Kami berada dalam ranah akuntabilitas. Saya mengajak kepada masyarakat internasional untuk mengambil tindakan politik internasional untuk mengakhiri pembantaian yang terjadi terus menerus ini.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement