Kamis 31 Jul 2014 21:42 WIB

Keamanan, Memburuk, China Evakuasi 1.100 Warganya dari Libya

Rep: c73/ Red: Maman Sudiaman
Kekerasan melanda Libya (ilustrasi)
Foto: Reuters/Esam Omran Al Fetori
Kekerasan melanda Libya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Sumber diplomatik China menyebutkan, kepada Xinhua, Rabu, 30/7), sekitar 1.100 warga China dievakuasi meninggalkan Libya.

Seperti dilansir China Daily, Kamis (31/7), mereka meninggalkan Libya dengan  menggunakan pesawat, dan rencananya akan diangkut melalui jalur laut. China terpaksa mengangkut warganya, karena situasi keamanan di Libya yang semakin memburuk akibat perang.

Sekitar 1.000 warga China telah bersiap meninggalkan Libya sejak Mei lalu, ketika situasi keamanan di sana merosot drastis. Namun menurut Kanselir Politik untuk Kedutaan China di Libya Yan Jianqun, masih ada sekitar 1.100 warganya yang kini berada di negara yang tengah bergejolak di Afrika Utara tersebut.

Yan menuturkan, terdapat banyak pegawai perusahaan, pengusaha dan pekerja kontrak yang telah berpindah ke negara tetangga Libya yaitu Tunisia. Sementara yang lainnya telah memesan pesawat dari operasional penerbangan yang tersisa seperti Bandara Mitiga dan Misrata di Tripoli, Libya. Beberapa perusahaan China juga berencana menyewa pesawat dari Athena untuk mengangkut pekerjanya.

Pada Senin (28/7) lalu, pemerintah China mengimbau warganya untuk meninggalkan Libya sesegera mungkin. China juga meminta seluruh perusahaan China di sana untuk mengevakuasi pekerjanya sebelum 1 Agustus, mengingat situasi keamanan yang semakin memburuk.

Kedutaan China di Libya mengatakan, akan menyediakan segala keperluan pendampingan, seperti mengorganisir jalur evakuasi dan mengatur nomor kontak darurat pada websitenya.

Sementara pada awal Juli, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat telah meminta warganya untuk meninggalkan Libya. Kekerasan di Libya semakin meningkat drastis sejak tahun 2011 lalu saat gejolak menjatuhkan mantan pemimpin Libya, Muammar Khadafi, terjadi.

Beberapa pengamat khawatir, pertempuran terakhir antara kelompok Islamis dan pasukan pro-sekuler di kota-kota besar termasuk Tripoli dan Benghazi, dapat mengarah ke perang sipil yang semakin meningkat. n c73

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement