REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Agresi militer Israel di Jalur Gaza tidak akan memperlemah perlawanan pejuang-pejuang Hamas.
Jika gencatan senjata diberlakukan dan jalan diplomasi digelar antara Israel dan Palestina, Hamas diperkirakan semakin kuat dari sebelumnya.
Analis politik Timur Tengah dari Inggris, Naser al-Tamimi, berpendapat, kondisi lebih menguatnya Hamas ini tidak disukai banyak pihak, baik di Palestina, Mesir, maupun Israel.
Sebaliknya, jika jalan damai tidak digelar, Naser menegaskan warga Gaza akan terjerembab semakin dalam konflik politik berkepanjangan.
"Ada banyak cara agar perdamaian di Gaza bisa terwujud meski Hamas menjadi lebih kuat," kata Naser seperti dikutip Alarabiya, Jumat (1/8).
Pertama, kata dia, internasional dan PBB harus mendukung pemerintahan bersatu di bawah Otoritas Palestina pimpinan Mahmud Abbas. Tugas utama pemerintah bersatu ini membangun kembali Jalur Gaza yang porak poranda akibat gempuran militer Israel.
Pemerintahan bersatu Palestina juga harus segera menggelar pemilihan umum parlemen seperti yang sudah disepakati. Pemilu penting terwujud agar anggota parlemen dan presiden bisa terpilih.
Kedua, Naser mengungkapkan pencabutan blokade di Gaza harus dilakukan tanpa syarat. Terakhir, Palestina baik Hamas dan Abbas harus memperbaiki hubungan dengan Mesir.
"Memang, sebagai dampaknya, akan banyak pihak yang tidak suka atas jalan ini karena akan menjadikan Hamas jauh lebih kuat," kata Naser yang juga penulis buku tentang ekonomi politik global.
Sebaliknya, sambung dia, kondisi akan semakin parah jika Hamas tercerai berai dan muncul kelompok jihad baru di Palestina. Jadi, jalan damai dan rekonsiliasi semua pihak harus diambil agar korban warga sipil tidak terus berjatuhan.