REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES--Setelah pemerintah Argentina menolak untuk membayar utang luar negerinya dan berstatus gagal bayar (default) kepada para kreditor pada Rabu (30/7), pasar obligasi dan pasar saham Argentina turun.
Dilansir dari Guardian, Pasar saham Argentina telah jatuh 7% setelah gagal menuntaskan kesepakatan dengan kreditor. Kepala Kabinet Argentina, Jorge Capitanich menyalahkan inkompetensi dari mediator AS dalam penanganan kasus negaranya dan menyatakan bahwa Argentina tidak benar-benar gagal. Ia juga mendesak pemegang obligasi tukar Argentina untuk menuntut uang mereka dari Hakim distrik AS.
Sementara itu, Presiden Argentina Cristina Fernandez mengatakan para kreditor mengharapkan Argentina untuk menandatangani kesepakatan dan mengancam bahwa dunia akan berakhir jika tidak ditandatangani.
Pemerintah Argentina berpendapat bahwa menyetujui tuntutan agar melakukan pembayaran utang secara penuh akan merusak klausul pembatasan dan menawarkan hal yang lain untuk membayar utang dengan cara dicicil.
Beberapa pemegang utang Argentina optimis pemerintah akan mencari solusi terkait permaslahan utang yang sedang dialami Argentina." Ada keyakinan dengan apa yang dilakukan pemerintah," ujar Rune Hejarskov, manajer portofolio senior di Jyske Invest, yang memegang utang Argentina seperti dilansir Reuters.
Menteri Ekonomi Argentina Axel Kicillof memperingatkan bahwa Argentina bisa membawa lebih banyak tuntutan hukum untuk menantang anggapan bahwa Argentina dalam stataus gagal bayar utang (default).
Beberapa surat kabar Argentina melaporkan bahwa beberapa Bank dan sektor swasta terlibat dalam kesepakatan untuk membantu menyelesaikan default. Diantaranya JP Morgan Chase (JPM). JPM sepakat untuk membantu Argentina melunasi utang dan melanjutkan kepentingan pembayaran kepada pemegang obligasi lainnya.
Hakim Distrik AS Thomas Griesa akan melakukan sidang pada hari ini waktu setempat untuk menyikapi langkah yang telah diambil oleh Argentina karena menolak melakukan pembayaran utang.