REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gencatan senjata yang telah disepakati oleh Israel dan Hamas selama 72 jam, menawarkan secercah harapan untuk sebuah resolusi konflik yang telah menewaskan lebih dari 1.500 jiwa di tiga pekan terakhir.
Gencatan senjata, yang mulai berlaku Jumat (1/8) pagi ini, ditengahi oleh AS dan PBB dan diumumkan oleh Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, tadi malam.
Kerry mengatakan gencatan senjata itu penting untuk memberikan warga sipil kebebasan dari kekerasan dan mereka akan diberikan bantuan kemanusiaan selama tiga hari ke depan.
''Palestina juga akan memiliki kesempatan untuk menguburkan korban tewas, merawat yang terluka dan memperlengkapi persediaan makanan,'' kata Kerry.
''Perwakilan dari Israel dan Hamas akan bertemu di Kairo untuk membicarakan perjanjian yang lebih luas untuk mengakhiri konflik,'' sebut laporan BBC.
Beberapa jam sebelum gencatan senjata itu akan dimulai, delapan orang Palestina tewas, termasuk dua anak ditembak oleh tank. Sementara, mortir menewaskan lima tentara Israel.
Israel menolak gencatan senjata yang tidak memungkinkan militer israel untuk menghancurkan terowongan yang dibangun oleh Hamas.