Sabtu 02 Aug 2014 09:18 WIB

Negara di Amerika Latin Jatuhkan Sanksi Diplomatik ke Israel

Rep: c54/ Red: Joko Sadewo
Reruntuhan bangun di Gaza, Palestina.
Foto: Reuters
Reruntuhan bangun di Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Sikap agresif Israel terhadap Palestina telah menjadi batu sandungan hubungan dilomatik negeri zionis tersebut dengan negara-negara di dunia. Selain negara-negara jazirah Arab, negeri-negeri Amerika Latin menjadi kelompok yang keras bersikap terhadap Israel.

Pada 2009, Venezuela dan Bolivia secara tegas memutus hubungan diplomatik dengan Israel setelah tiga pekan negara tersebut mengagresi Palestina. Ketika itu Venezuela dan Bolivia berang  terhadap kebutralan tentara Israel yang telah merenggut nyawa banyak warga sipil Palestina, persis seperti saat ini.

Setahun setelah itu, Israel kembali berulah dengan melakukan penyerbuan terhadap 'kapal kemanusiaan' Mavi Marmara. 10 orang tewas, hingga membuat Nikaragua, stu lagi negara Amerika Latin, mengumumkan penaguhan hubungan diplomatik dengan Israel.

Terbaru, sejak awal Israel melakukan agresi bulan lalu, tercatat lima negara Amerika Latin menarik duta besar meraka. Negara-negara tersebut adalah Ekuador, Brazil, Peru, Chile, dan El Salvador.

Lebih dari itu, kali ini, Bolivia dengan berani menyebut Israel sebagai "negara teroris". Negeri pimpinan Evo Morales itu juga membatalkan kebijakan visa gratis bagi warga negara Israel.

Tak mau kalah, Chile juga menjatuhkan sanksi tambahan dengan menangguhkan negosiasi perdagangan bebas dengan Israel.

Seperti dilansir Aljazirah, Jumat (1/8), penarikan para diplomat oleh lima negara Amerika Latin tersebut berlangsung hanya dua bulan pasca-Pemerintah Israel mengumumkan rencana peningkatan hubungan ekonomi dengan negara-negara Amerika Latin. Meski Israel mengemukakan berbagai alasan, negara-negara Amerika Latin tetap bergeming dengan sanksi mereka.

Jauh sebelum aksi heroik sejumlah negara Amerika Latin tersebut, pada 1973, Kuba menjadi negara Amerika Latin pertama yang memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Hal terebut dilakukan pemerintahan Fidel Castro waktu itu sebagai bentuk dukungan perjuangan rakyat Palestina meraih kedaulatan Tanah Airnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement