Sabtu 02 Aug 2014 12:30 WIB

Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Persediaan Medis

Rep: c92/ Red: Joko Sadewo
Warga Gaza, Palestina
Foto: AP
Warga Gaza, Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Sejumlah media asing melaporkan bahwa rumah sakit di Jalur Gaza kehabisan persediaan medis mereka.

Ini menandakan bencana kemanusiaan yang terjadi akibat serangan brutal Israel yang dilakukan terus-menerus  di daerah yang terkepung tersebut.

“Masalahnya sekarang, kapasitas kami terbatas, baik kapasitas sumber-sumber medis, kapasitas tempat tidur, kapasitas sumber daya manusia, “ kata seorang doctor di unit perawatan intensif Rumah Sakit al-Shifa di Gaza.

“Kami mencoba mengatasi (masalah dan keterbatasan ini) dengan membuat beberapa perluasan di sana-sini, dengan mengevakuasi beberapa kasus ke rumah sakit non-pemerintah dan dengan mencoba merujuk beberapa kasus ke negara-negara lain,” kata dia.

Namun, upaya ini nampaknya tidak mampu benar-benar mengatasi permasalahan medis di Gaza, mengingat semakin bertambahnya jumlah korban dengan sumber daya yang semakin minim. Ia meminta masyarakat internasional untuk melakukan tindakan yang tepat untuk membantu para dokter di Gaza menyelamatkan kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

“Kami sangat perlu mengganti sumber daya-sumber daya kami yang hilang untuk dapat terus memberikan layanan kepada pasien,” kata dokter tersebut, “Kami perlu dokter, spesialis, dan konsultan.”

Dia juga meminta para dokter di seluruh dunia untuk mendukung mereka, dengan kehadiran dan transfer pengalaman mereka kepada para dokter di Palestina. “Dokter kami telah bekerja 25 hari, siang dan malam. Mereka bekerja habis-habisan karena  perang ini.” kata dia.

Israel terus menggempur Jalur Gaza sejak 8 Juli lalu. Mereka juga melakukan serangan darat di wilayah Palestina sejak 17 Juli.

Pasukan Israel menargetkan warga sipil serta fasilitas-fasilitas umum seperti rumah sakit, klinik, ambulans, tempat penampungan pengungsi, masjid, dan sekolah selama 24 hari terakhir.

Lebih dari 1.437 warga Palestina sejuah ini telah tewas dan lebih dari 8.000 lainnya luka-luka sejak serangan pertama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement