REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Ribuan orang meninggalkan Kota Kecil Rafah di bagian selatan Jalur Gaza tak jauh dari perbatasan dengan Mesir.
Sebelumnya pasukan darat Israel menyerbu kota kecil itu dan melancarkan serangan gencar terhadap sebagian besar rumah dengan menggunakan artileri berat dan rudal yang ditembakkan dari jet.
Baku-tembak di kota kecil tersebut antara pasukan militer Israel dan gerilyawan pimpinan HAMAS meletus tak lama setelah gencatan senjata kemanusiaan 72-jam, yang diperantarai PBB, mulai berjalan pada Jumat (1/8).
Saksi mata mengatakan itu adalah serangan terbesar terhadap seluruh kota kecil tersebut sejak Israel melancarkan agresi militernya ke daerah kantung Palestina yang dikenakan blokade tersebut sejak Selasa (8 Juli).
Mayat bergeletakan di seluruh jalan, sementara orang yang cedera berteriak kesakitan. Namun, ambulans tak bisa secepatnya mencapai korban dan rumah sakit utama di kota kecil itu dikosongkan setelah menjadi sasaran pemboman tank.
Warga yang menyelamatkan diri mengatakan situasi di kota kecil tersebut berbahaya. Sobhi Radwan, Wali Kota Rafah, memberitahu Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam-- apa yang terjadi di kota kecil tersebut adalah pembantaian dan pemusnahan suku bangsa.
Ia menambahkan semua bagian timur kota kecil itu, yang biasanya menjadi tempat tinggal sebanyak 100.000 orang, benar-dibenar dikosongkan.
Serangan udara dan darat Israel terhadap kota kecil tersebut ditingkatkan setelah pertempuran darat sengit dengan gerilyawan. Israel menyatakan dua prajuritnya tewas dan satu lagi diculik.