REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Sebuah proyek pembangkit listrik tenaga surya di atas lahan seluas 250 hektare kini tengah dibangun di sebuah daerah peternakan dekat Kota Nyngan, New South Wales, Australia. Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Australia itu dijalankan oleh perusahaan energi AGL.
Will Carter, yang dulu memiliki lahan tersebut, mengamati pembangunannya. Menurutnya, proses berlangsung cepat, tapi dia ragu AGL bisa menyelesaikan proyek tersebut sesuai tenggat waktu, yaitu bulan Juni 2015.
Sedangkan Scott Thomas dari AGL menyatakan bahwa proses berjalan sesuai rencana waktu dan ketersediaan dana. Pembangkit tersebut, dan pembangkit lainnya yang lebih kecil di sebelah barat, akan mulai bekerja akhir 2015.
AGL khawatir akan masa depan energi terbarukan, jelas Thomas. Menurutnya, pembangunan energi terbarukan butuh kepastian, namun pemerintah Australia saat ini tidak memberikan kepastian tersebut. "AGL adalah investor terbesar energi terbarukan di Australia. Kita telah menginvestasi lebih dari 3 miliar dollar (Rp 33 triliun) untuk proyek-proyek energi terbarukan," katanya, baru-baru ini.
Saat ini, pihaknya mengkhawatirkan ketidakpastian kebijakan. "Kami juga melihat adanya penurunan permintaan, karena konsumen menjadi lebih efisien, dan ada kelebihan penghasilan energi di pasar," kata Thomas.
Pemerintah saat ini, yang dikuasai koalisi Liberal-Nasional, dikritik memiliki kebijakan yang memundurkan langkah energi ramah lingkungan yang telah diambil oleh penguasa sebelumnya, Partai Buruh.
Namun, salah seorang anggota parlemen untuk daerah Parkes, New South Wales, menyatakan ada bahwa sektor energi terbarukan memiliki masa depan cerah."Di masa depan, kita akan makin bergantung pada energi terbarukan; kita harus membangun fasilitas skala komersial seperti ini, agar kita bisa memperhitungkan dan memahami," tegasnya.