REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pawai Takbiran di Yogyakarta tahun ini 2014 semakin menjadi tontonan menarik bagi warga setempat maupun turis asing. Salah seorang di antaranya adalah Angie Bexley, seorang antroplog Australia yang sekarang menetap di Yogyakarta.
Pawai takbiran yang diselenggarakan di malam di akhir bulan Ramadan, Ahad (27/7) malam lalu, semakin banyak diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. "Pada awalnya kami secara tidak sengaja, ketika sedang mengendarai motor, melihat sebuah perahu raksasa yang sedang ditarik ke lokasi pawai," kata Angie, belum lama ini.
"Kami kemudian mendatangi lokasi, dimana begitu banyak peserta sudah berkumpul. Suasananya meriah. Anak-anak berlatih parade sambil melantunkan 'Allah Akbar'," tambah Angie.
Di Yogyakarta, pawai takbiran ini dipusatkan di sekitar Alun-Alun Utara.
Menurut Angie, para peserta dan penonton yang ditanyainya mengatakan bahwa di akhir Ramadan tahun 2014 ini mereka lega karena pemilihan presiden sudah berakhir, dan tidak ada kejadian yang tidak diinginkan di daerah mereka.
Berikut beberapa foto yang diambil oleh Angie Bexley.
(Photo: Angie Bexley)
Perahu tradisional raksasa juga dibawa keliling kota.
(Photo: Angie Bexley)
Tumpeng raksasa yang dihiasi dengan berbagai hasil pertanian setempat.
(Photo: Angie Bexley)
Keprihatinan akan situasi di Gaza (Palestina) menjadi salah satu tema takbiran di tahun 2014.
(Photo: Angie Bexley)
Sebuah mesjid menunjukkan dukungannya kepada Gaza.
(Photo: Angie Bexley)
Salah satu peserta pawai takbiran ini adalah dari Kraton.
(Photo: Angie Bexley)
Inilah kostum yang dipakai oleh pemimpin drumband yang mengawali pawai.
(Photo: Angie Bexley)
Salah satu peserta pawai adalah kereta yang berisi tulisan kaligrafi Arab.
(Photo: Angie Bexley)
Pawai mengakhiri Ramadan semakin lama semakin menjadi tradisi di Yogyakarta.