Selasa 05 Aug 2014 00:37 WIB

Giliran Perancis Sebut Israel Brutal

Rep: c62/ Red: Muhammad Hafil
Seorang Warga Palestina menangis di depan reruntuhan rumahnya yang hancur dibom Israel di Beit Hanun, utara Jalur Gaza, Jumat(1/8).
Seorang Warga Palestina menangis di depan reruntuhan rumahnya yang hancur dibom Israel di Beit Hanun, utara Jalur Gaza, Jumat(1/8).

REPUBLIKA.CO.ID,  PARIS -- Aksi brutal Israel terhadap Palestina membuat beberapa negara tidak simpati. Kali ini gilira Perancis yang mengatakan militer Israel telah melakukan pembunuhan besar-besaran secara brutal.

Pernyataan keras itu disampaikan Menteri Luar Negeri Laurent Fabius, Senin (4/8) seperti  dikutip situs berita BBC. Kecaman ini disampaikan Perancis untuk pertama kalinya menggunakan kata-kata pembunuhan besar-besaran terhadap warga sipil.

Menurut Fabius persahabatan Perancis-Israel sudah berjalan lama. Atas persahabatan Israel dan Perancis. Secara diplomatis dalam persahabatan antar negara Israel memiliki hak sepenuhnya untuk mendapatkan rasa aman dari negara Perancis.

"Namun ini semua tidak bisa menjustifikasi pembunuhan terhadap anak-anak atau pembantaian terhadap warga sipil," tegasnya.

Selain tentara Israel menurut Fabius, dalam peristiwa ini Hamas juga ikut bertanggung jawab atas konflik di Gaza tapi tindakan Hamas tidak bisa dipakai sebagai dasar oleh Israel untuk melakukan apa yang digambarkan oleh sekretaris jenderal PBB sebagai kejahatan.

Wartawan BBC di Paris Hugh Schofield melaporkan pernyataan Fabius ini menunjukkan pemerintah Perancis memperbesar tekanan terhadap Israel. Biasanya Kementerian Luar Negeri Perancis lebih sering menggunakan bahasa yang diplomatis.

Seiring dengan makin besarnya korban di Gaza, Menlu Fabius tidak lagi memakai kata-kata 'normal'. Dalam pernyataannya Fabius bertanya berapa banyak lagi korban yang harus tewas sebelum kekerasan di Gaza bisa diakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement