REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- McDonald's Corp menyatakan bisnisnya merugi karena skandal daging kedaluwarsa yang ditemukan di Shanghai Husi Food Co Ltd.
Regulator baru saja menutup pabrik yang merupakan bagian dari OSI Group LLC, pemasok makanan Amerika Serikat dan juga mitra penting McDonald.
"Untuk sementara, ini akan berdampak negatif dalam waktu dekat. Kita masih belum memperkirakan dampaknya ke laba tahunan 2014 ini," ujar perwakilan McDonald's, Selasa (5/8).
McDonald's memiliki lebih dari dua ribu restoran di Tiongkok. Skandal ini juga memberi dampak negatif pada penjualan makanan cepat saji pesaingnya, Yum Brands Inc yang memiliki 6.400 restoran di Tiongkok, serta KFC, merek waralaba ayam cepat saji terbesar di Barat.
Saham McDonald's turun 0.5 persen menjadi 93,86 dolar AS pada penutupan Bursa Efek New York, Senin (4/8) sore waktu setempat. Skandal yang pecah pada 20 Juli itu ternyata juga sempat menjatuhkan saham Yum hingga 8.6 persen.
McDonald's Holdings Co di Jepang juga mengalami penurunan penjualan 15-20 persen setiap hari sejak 29 Juli lalu.
Perusahaan yang memiliki lebih dari 3.100 restoran di Jepang itu sebelumnya memperkirakan laba operasionalnya bisa mencapai 11,7 miliar yen atau 115 juta dolar AS untuk 2014.
Pemilik rantai burger terbesar di dunia itu menyatakan sekitar 15 persen dari laba usaha perusahaan berasal dari perusahaan-perusahaan unit di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika, mencakup Tiongkok dan Jepang.
Analis Janney Capital Markets, Mark Kalinowski menyarankan McDonald's untuk memotong proyeksi pendapatannya untuk menyelamatkan transaksi saham rantai makanan cepat saji itu.